Dinkes Kota Batu Target Angka Stunting Turun Hingga 10 Persen

Dinkes Kota Batu membentuk program pos gizi penanganan stunting (POZTING). Melalui program ini diharapkan dapat menekan kasus stunting hingga 10 persen. (Dinkes Kota Batu/Malangvoice)

MALANGVOICE — Dinkes Kota Batu menargetkan prevalensi stunting turun 10 persen pada 2024 nanti.

Angka ini merujuk pada 2021 lalu tingkat kasus kekurangan gizi kronis di Kota Batu mencapai 13,8 persen.

Untuk mencapai target itu, Dinkes Kota Batu membentuk program pos gizi penanganan stunting (POZTING) di tiap desa/kelurahan.

Intervensi gizi ini agar dapat mendeteksi lebih dini sehingga bisa menentukan penanganan optimal.

Kepala Dinkes Kota Batu, Kartika Tri Sulandari mengatakan, melalui POZTING diharapkan mengubah perilaku ibu balita stunting dan pola makan untuk meningkatkan status gizi.

“Saat ini prevalensi stunting terbanyak di Kecamatan Batu sebesar 20,7 persen tepatnya di penyuluh kesehatan masyarakat (PKM) Sisir. Kemudian PKM Batu sebanyak 6,3 persen, disusul PKM Bumiaji 18,3 persen. Untuk PKM Beji 10,5 persen, terakhir PKM Junrejo 13,7 persen,” terang Kartika.

Kasus stunting di Kota Batu terjadi pada balita dengan rentang usia 6 hingga 60 bulan.

Kekurangan gizi kronis ini tak hanya mengganggu tumbuh kembang fisik anak, namun dampak jangka panjang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan anak.

Kartika juga mengimbau kepada masyarakat agar menghindari pernikahan dini untuk memutus angka stunting.

Kehamilan di usia terlalu muda tidak bagus untuk fisik ibu dan anak. Selain itu, ada beberapa faktor penyebab stunting seperti kurangnya asupan gizi bagi ibu hamil maupun saat masa pertumbuhan anak.

Ia menjelaskan, ada sejumlah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh tim percepatan penanganan stunting. Diantaranya, pelatihan pemberian makanan balita dan anak. Serta mengadopsi konsep community feeding center. Pemenuhan gizi lebih diutamakan kepada balita yang masuk dalam kategori bawah garis merah (BGM).

“Untuk pendampingan anak yang masuk kategori stunting, tidak hanya sebatas memberi nutrisi berupa susu, tapi juga melakukan pendampingan setiap hari. Mengikuti perubahan perilaku mereka,” tandasnya.

Sementara itu menurut Promkes Puskesmas Kecamatan Bumiaji, Lutfi Iman Sari, kegiatan Pozting di Kecamatan Bumiaji berupa demo masak secara langsung. Khususnya pada ibu-ibu yang memiliki balita stunting.

Dalam demo masak tersebut, pihak puskesmas memberikan arahan makanan yang tepat dan memiliki gizi tinggi, salah satunya yakni pembuatan nuget lele.

“Kita juga memberikan edukasi pada remaja hingga pengantin baru. Tujuannya agar mereka paham bahwa 1000 hari kehidupan pertama janin adalah masa penentu bagi bayi. Tak hanya itu, stunting juga diawali sebelum ibu hamil,” ungkap Lutfi.(end)