Dinkes Kota Batu Seriusi Penanganan Penyakit TBC

Kepala Bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P) dr. Yuni Astuti saat ditemui Mvoice di ruangannya, Jumat (22/3). (Foto: Ayun)

MALANGVOICE – Penderita penyakit tuberculosis (TBC) sejak tahun 2017 hingga 2018 di Kota Batu mengalami peningkatan.

Kepala Bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P) Kota Batu, dr Yuni Astuti mencatat tahun 2017 ada 148 penderita. Sedangkan tahun 2018 ada 203 penderita dan satu orang meninggal dunia.

“Ini trennya meningkat, sejak dua tahun ini memang meningkat. Dan itupun belum semua yang terdata oleh Dinkes,” ujarnya saat ditemui MVoice di ruangannya

Melihat hal itu, dengan meningkatnya penderita TBC merupakan sesuatu yang bagus karena kesadaean masyarakat meningkat.

“Nah, justru yang tidak terdata ini, yang menjadi tugas bersama dan menjadi permasalahan yang harus diselesaikan. Karena jika semakin tidak terdeteksi dikhawatirkan ada banyak penderita TBC,” imbuhnya.

Lebih lanjut Yuni mengibaratkan kasus TBC seperti gunung es. Penderitanya diyakini lebih banyak dari yang ditangani pemerintah saat ini. Yuni menceritakan, bakteri atau kuman TBC bertahan hidup di ruang atau rumah yang lembab dan gelap. Berbeda kalau rumah tinggal warga itu terpapar sinar matahari yang cukup. Bakteri TBC diyakini tidak bisa bertahan di bawah sinar matahari.

Karena fenomena gunung es ini, pemerintah terus mencari cara untuk menemukan solusi tepat penanggulangannya.

“Kini kita mengupayakan penemuan secara aktif, yakni dengan ketok pintu,” tutupnya.

Beberapa aksi yang akan dilakukan adalah dengan mendatangi asrama atau Ponpes yang banyak penghuninya. TBC sendiri merupakan satu dari beberapa penyakit menular yang menjadi perhatian serius Dinkes Kota Batu. Selain TBC ada HIV, ISPA, dan diare.(Der/Aka)