Dilaporkan Pendukung Arema FC ke Polisi, Akmal Marhali Beri Penjelasan

Akmal Marhali. (Instagram @akmalmarhali)

MALANGVOICE – Akmal Marhali mengaku kaget dirinya diadukan ke polisi oleh kelompok suporter Arema FC, Sabtu (22/12).

Koordinator Save Our Soccer (SOS) diadukan ke Polres Malang Kota terkait pernyataannya soal rangkap jabatan pengurus sepakbola dalam diskusi beberapa waktu lalu di Surabaya.

“Saya juga baru tahu, kalau menurut saya gagal paham ini teman-teman dengan pernyataan saya. Jangan-jangan dia juga tidak megetahui atau tidak punya rekamann pembicaaraan yang saya sampaikan waktu itu,” kata Akmal.

Akmal sendiri siap seandainya pengaduan itu jadi delik laporan. Ia mengaku bertanggung jawab dengan perkatannya karena tidak bermaksud untuk menyudutkan Arema FC maupun PSIS seperti yang dilakukan kelompok suporter tersebut.

“Tidak masalah buat saya, karena saya bisa mempertanggungjawabkan semuanya. Saya kasihan kalau gugatannya mentah karena salah menginterpretasikan berita di koran,” lanjutnya.

Akmal menjelaskan pernyataannya dalam diskusi tersebut terkait rangkap jabatan dalam pengurus sepakbola harus disudahi. Ucapannya itu dimaksud agar publik tidak beranggapan miring tentang klub atau membuat conflict of interest.

“Apalagi di partai krusial. Sehingga kedepannya jangan dikaitkan dengan orang-orang di PSSI,” jelasnya.

Ia mencontohkan dalam diskusi beberapa waktu lalu ada dua tim, yakni Arema FC dan PSIS. Di kubu Arema FC ada nama Iwan Budianto yang selain menjadi CEO Arema juga sebagai Kepala Staf Ketua Umum PSSI. Sedangkan Yoyok Sukawi selaku CEO PSIS juga merangkap sebagai Exco PSSI.

Kedua tim itu sempat terseok-seok di awal putaran pertama Liga 1. Namun akhirnya bisa bergerak menjauhi zona degradasi dan finish di posisi aman. Arema di peringkat enam dan PSIS di peringkat 10.

“PSIS awal musim di bawah bersama Arema, kemudian ketika mereka selamat dari degredasi akhirnya orang berkesimpulan, jangan-jangan ada orang dalam nih. Padahal itu semua hasil perjuangan pemain,” ia menambahkan.

Apabila publik sudah berpikir demikian, maka dampaknya bisa ke pemain di lapangan. Perjuangan pemain jadi dikaitkan dengan rangkap jabatan pengurus klub yang ada di PSSI. “Karena itu rangkap jabatan harus disudahi. Mereka harus memilih antara megang klub atau mengurus PSSI. Tidak ada soal match fixing atau sebagainya,” tutupnya.(Der/Ulm)