MALANGVOICE – Komisi B DPRD Kota Malang datangi Pasar Bareng, Kamis pagi (1/11). Kedatangan anggota legislatif itu merespon aduan pedagang terkait rencana penggusuran.
Usut punya usut, bermula dari belasan pedagang yang menempati lantai paling atas Pasar Bareng itu melayangkan aduan resmi ke Komisi B DPRD Kota Malang. Aduan itu tentang pembongkaran lapak oleh Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Perdagangan yang dilakukan hari ini.
“Jadi ada aduan yang masuk. Tapi setelah dicek ke lapangan, ternyata itu bukan menggusur. Tadi pedagang dan Kepala Dinas Perdagangan juga sudah ngobrol bersama, sudah diluruskan semua jadi tidak ada masalah sekarang,” beber Ketua Komisi B DPRD Kota Malang, Sutikno kepada awak media.
Sutikno menambahkan, ada miss komunikasi alias kesalahpahaman antara pemerintah dan pedagang. Karena proses pembongkaran lapak dikira upaya penggusuran. Padahal hanya penataan ulang agar kondisi pasar tidak lagi kumuh.
“Lapak yang ada di lantai paling atas Pasar Bareng itu saat ini kondisinya harus segera dibenahi. Karena sebagian besar terbuat dari bambu yang mudah terbakar. Selain itu, fasilitas seperti musala dan toilet juga harus ditambah untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung,” urainya.
Sebagai satu-satunya kawasan pasar seni, masih kata Sutikno, fasilitas yang harusnya ada juga sudah semestinya dibenahi. Maka legislatif bakal mendorong eksekutif agar ada anggaran khusus yang disiapkan dari APBD 2019.
“Selain itu, Dinas Perdagangan juga harus membuat kajian yang sesuai dengan kebutuhan untuk memenuhi fasilitas di dalam pasar, khususnya di area paling atas,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kota Malang Wahyu Setianto menambahkan, pembongkaran lapak yang dilakukan di lantai empat Pasar Bareng bukan untuk menggusur pedagang. Tujuannya adalah penataan ulang lapak yang mulai kumuh.
“Terlebih lapak terbuat dari bambu yang mudah terbakar,” jelas Wahyu.
Wahyu melanjutkan, lapak akan dibangun ulang semi permanen dengan menggunakan anggaran APBD 2018. Selain itu, berbagai fasilitas yang diusulkan dewan akan segera dikaji kebutuhannya.
“Lantai atas ini dulu rencana awalnya untuk menampung PKL di depan pasar. Tapi PKL akhirnya memilih untuk kembali ke pinggir jalan karena menilai di dalam pasar lebih sepi. Akhirnya kan ada lapak yang kosong dan akhirnya kami tata ulang agar lebih rapi. Jadi bukan ada penggusuran,” sambung Wahyu.
Penataan ulang lapak, masih kata Wahyu disesuaikan kategori. Lantai tiga Pasar Bareng misalnya, akan ditempati oleh para seniman untuk menjual koleksi dan produksi seninya. Sebagian juga akan ditempati oleh produksi binaan Dinas Sosial dan Koperasi.
“Total ada 25 lapak nantinya di lantai atas, dan 14 lapak khusus untuk produk kesenian,” pungkasnya.(Der/Aka)