Demi Memperdekat Jarak, Warga Dua Desa Nekat Seberangi Sungai Pakai Rakit

Suasana penyebrangan di Kali Lesti. (Toski D)

MALANGVOICE – Warga di Desa Rejoyoso, Bantur dan Desa Kanigoro Pagelaran sangat berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang segera membuatkan jembatan untuk mobilitas masyarakat.

Harapan masyarakat ini karena yang akan menuju Desa Kanigoro harus menggunakan perahu rakit yang biasa disebut getek berkapasitas pengangkatan hingga 15 orang dan sekitar 5 motor dalam sekali jalan.

Untuk menyeberangi Sungai Lesti tersebut, masyarakat harus mengeluarkan biaya sebesar Rp2.000 untuk sekali melintas, baik penumpang orang maupun kendaraan.

“Banyak warga yang menggunakan getek karena lebih dekat jika mau ke pasar, karena tidak ada jembatannya,” kata salah satu warga, saat ditemui awak media, Selasa (25/5).

Sebenarnya, lanjut Mariam, ada jalan alternatif menuju Desa Kanigoro tersebut, namun harus memutar jalan sejauh 12 kilometer. Berbeda dengan menggunakan perahu getek, menjadi satu-satunya akses terdekat untuk menjangkau desa sebelah.

“Itu (penyebrangan menggunakan getek, red) sudah puluhan tahun, Pemkab seperti mengabaikan. Kalau kedalaman sungai itu saya tidak tahu, katanya sih dalam,” jelasnya.

Bahkan, tambah Mariam, kerap kali ditemui kendaraan roda empat tersesat menuju jalan penyeberangan getek tersebut. Karena, para pengendara kebanyakan menuruti petunjuk navigasi gawai.

“Banyak yang tersesat, katanya para pengendara mobil itu dituntun ke jalan itu ya pakai maps di HP. Jadi mereka tersesat. Roda empat harus balik karena memang adanya getek dan gak ada jalan jembatan penghubungnya,” tegasnya.

Sebagai rakyat, Mariyam hanya bisa berharap, agar Pemkab Malang untuk segera membangun jembatan penghubung jalan dan sungai.

“Dulu sepertinya sudah pernah bolak-balik ditinjau. Tapi engga tau mau apa. Sampai sekarang juga engga ada jembatannya,” tukasnya.(end)