Dear Filmmakers Muda, Ini Tips Sukses dari Marketing Film asal Amerika

Tips dari Ashley untuk film makers muda. (Anja a)
Tips dari Ashley untuk film makers muda. (Anja a)

MALANGVOICE – Bagi para filmmaker amatir dan profesional muda, mempromosikan film itu sulit-sulit gampang. Kualitas film tentu jadi acuan utama film dapat diterima masyarakat luas. Direktur Marketing Senior Participant Media, Amerika Serikat, Ashley Hasz membagikan sejumlah tips kunci untuk para film makers muda di Indonesia yang mengalami kesulitan mempromosikan film mereka.

“Ada beberapa macam film. Mulai dari yang dengan biaya seadanya yaitu film independen, film min-major atau sedang dan yang paling membutuhkan produksi besar yaitu film studio seperti dari Marvel, Fox, ataupun film-film bioskop lainnya yang Anda kenal. Agar kalian bisa meloncat dari film Independen menuju film mini-major, ada caranya,” kata Ashley kepada MVoice, Selasa (27/2) di American Corner, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Menurut pengalaman Ashley, cara mempromosikan yang pertama adalah melalui festival. Film yang masuk festival punya peluang besar mendapatkan pembeli yang mau mendanai dan mau mendistribusikan film tersebut.

“Contohnya festival film Cannes, Sundance, Berlin, ini internasional. Atau festival film lain di negara Anda, jika ada,” katanya lagi.

Namun, untuk bisa ditayangkan dalam festival juga tidak asal film. Tentu kualitas, konten, dan topik film juga harus bisa menarik perhatian para programmer film festival. Ashley menyarankan, pada film makers muda untuk mencari jejaring seluas-luasnya dengan orang-orang yang bekerja di bidang perfilman dan festival film.

Karena menurut Ashley, mengenal mereka secara profesional akan membuka wawasan baru soal film apa yang disukai para programmer festival, topik yang dicari, dan film apa yang mereka butuhkan.

“Berkenalanlah dengan mereka, lalu mintalah rapat terbuka. Bilang jika Anda adalah film makers dan ingin belajar lebih soal film yang akan ditayangkan di festival,” imbuhnya.

Setelah itu, Ashley juga menyarankan film makers berani melempar film mereka ke pasar. Ke Toronto film misalnya. Sayangnya, market besar seperti ini lebih berminat dengan film berbahasa Inggris. Film berbahasa asing dengan subtitle tidak terlalu diminati.

“Kalau film berbahasa asing itu kesempatan meluasnya kecil. Ambil saja contoh rationya begini, kemarin di Cannes Festival 2017 ada 150 ribu film terkumpul, hanya 200 film saja yang diprogramkan. Artinya persaingan itu ketat sekali. Kembali lagi, perbaiki konten film Anda,” kata wanita berambut pirang ini. (Der/Ery)