MALANGVOICE-Minat anak muda, mahasiswa dan pelajar Malang pada film dokumenter semakin tinggi. Produksi film dokumenter tak harus menggunakan kamera mahal, bisa menggunakan gawai maupun kamera video yang terjangkau.
Untuk mengasah dan meningkatkan kualitas film dokumenter di kalangan mahasiswa dan pelajar, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang menggelar workshop film dokumenter di Universitas Widya Gama Malang, 29 Mei. Workshop diselenggarakan dalam rangkaian acara Bazar Media 28-19 Mei.
Acara dipandu CEO WatchdoC Documentary, Dandhy Dwi Laksono, serta memutar sejumlah karya film dokumenter yang telah diproduksinya selama beberapa tahun terakhir, termasuk film yang dihasilkan dalam ekspedisi Indonesia Biru 2015.
“Dhandy akan membedah dan menularkan proses kreatif dalam membuat film dokumenter,” kata Ketua Panitia Bazar Media, Abdul Malik, beberapa menit lalu, dalam rilisnya. Film dokumenter tak monopoli sineas terkenal, siapapun bisa memproduksi film dokumenter untuk kepentingan komunitas maupun warga.
Perkembangan teknologi juga memudahkan siapapun bisa memproduksi film dokumenter berkualitas. Peralatan penunjung proses produksi yang berharga mahal bisa diganti dengan gawai atau gadget yang lebih murah tapi berkualitas tinggi.
Mereka juga bisa langsung mengunggah film dokumenternya di media sosial atau youtube.com sehingga siapapun bisa memutar dan menontonnya. WatchdoC merupakan rumah produksi audio visual yang berdiri sejak 2009. Sepanjang tujuh tahun ini telah memproduksi 165 episode dokumenter, 715 feature televisi, dan sedikitnya 45 karya video komersial non komersial. Serta memperoleh berbagai penghargaan.
Bazar Media merupakan program AJI Malang dalam kampanye literasi media kepada masyarakat. Memamerkan karya jurnalistik siswa SMA sederajat dan mahasiswa di Malang berbentuk media cetak, media siber, audio dan audio visual. Serta menghadirkan komunitas masyarakat yang mengembangkan jurnalis warga atau citizen journalist.
Selain itu juga digelar aneka pelatihan jurnalistik meliputi jurnalisme televisi, film dokumenter, jurnalisme warga dan fotografi dengan kamera telepon seluler atau gawai. Juga digelar diskusi bersama Dewan Pers dengan tema mewujudkan pers bebas dan berkualitas.
Tak ketinggalan ada beragam lomba seperti lomba foto on the spot menggunakan gawai dan lomba presenter cilik dan remaja. Bazar Media diselenggarakan untuk memperingati 11 tahun AJI Malang yang lahir tepat 28 Mei 2005. Selain itu juga merayakan kebebasan pers Internasional.
Sejumlah tokoh nasional menyaksikan berdirinya AJI Malang, diantaranya pengamat politik Eep Saefulloh Fatah, aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) Dita Indah Sari, jurnalis Tempo Ahmad Taufik dan jurnalis RCTI Ferry Santoro.
Berbagai cara dilakukan jurnalis muda yang tergabung dalam AJI Malang untuk memperjuangkan kemerdekaan pers. Seperti menggelar unjukrasa menuntut pembebasan jurnalis RCTI Ersa Siregar dan Ferry Santoro saat disandera Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Desember 2003.
Menggelar aksi menolak kriminalisasi pers tiga jurnalis majalah Tempo, Bambang Harymurti, Teuke Iskandar Ali dan Ahmad Taufik. Menggalang dana kemanusiaan untuk tsunami Aceh dalam konser amal di depan Stasiun Kota Baru Malang. Kala itu bekas vokalis Boomerang, Roy Jeconiah Isoka Wurangian ikut menyumbangkan beberapa lagu dalam konser amal itu.