Cuaca Ekstrem, Pilot Paralayang Dua Bulan Puasa Terbang

Paralayang landing saat cuaca belum ekstrem (Aan)

MALANGVOICE – Cuaca ekstrem yang terus terjadi belakangan ini berdampak pada paralayang yang sudah sekitar dua bulan tidak bisa terbang. Kencangnya angin yang lebih dari 20 kilometer per jam membuat para pilot paralayang mengurungkan niatnya untuk take off.

Jika dipaksakan, maka keselamatan master tandem dan passenger akan terancam.

“Bulan-bulan ini memang biasanya seperti ini. Kalau tahun-tahun sebelumnya bisa sampai bulan April,” Ucap salah satu Master Tandem dan Safety Officer Paralayang Gunung Banyak, Ahmad Fauzi.

Belum lagi hujan yang hampir setiap harinya mengguyur Kota Batu. Keputusan off demi keselamatan bersama dikira menjadi yang paling tepat sekarang.

Menurutnya, meski dipaksakan terbang jumlah wisatawan selama masa PPKM ini jauh dari harapan. Setiap harinya hanya ada 5 pengunjung yang datang untuk menikmati pemandangan dari atas awan.

“Kalau pengunjungnya lima, pilotnya ada tujuh. Maka sudah ada dua yang menganggur, ya bagaimana lagi,” jelasnya sambil tertawa.

Untuk menyiasati cuaca tak bersahabat, mereka biasa berpindah tempat terbang ke Pantai Modangan. Angin yang berada di pantai lebih stabil dibandingkan gunung.

Pastinya akan berefek pada keselamatan yang lebih terjaga. “Kalau di pantai naik turun kecepatan angin lebih stabil. Sedangkan di Gunung dia lebih drastis, jadi bahaya,” paparnya.

Sekolah paralayang yang dimilikinya pun juga dipindahkan ke pantai. Kondisi alam yang ada dinilai juga lebih mendukung pemula yang ingin mahir berparalayang.

Ia sadar jika cuaca yang ada tidak akan bisa diubah, lantaran bukan manusia yang mengaturnya. Namun, Fauzi sapaan akrabnya tetap berharap jika pandemi segera bisa hilang dari muka bumi.

“Kalau pintu rezeki di Gunung Banyak tertutup. Ya bagaimana caranya mencari di tempat lain, itu saja,” tutupnya.(der)