Cegah Pencemaran, Berharap Ada Perda Ramah Lingkungan di Kota Batu

Tim Saber Pungli saat kampanyekan lingkungan di Alun-Alun Kota Batu. (Aziz Ramadani/MVoice)

MALANGVOICE – Pemkot Batu didesak mengeluarkan kebijakan yang melindungi kelestarian lingkungan. Ini disuarakan Tim Sapu Bersih (Saber) Pungut Nyemplung Kali (Pungli) bukan tanpa dasar.

Mengingat Kota Batu salah satu jantung lingkungan di Jawa Timur, yang tidak lain Hulu Sungai Brantas. Airnya menghidupi hampir setengah kabupaten/kota di Jatim.

Namun, kelestarian dan kebersihan air semakin mengkhawatirkan. Ini karena masih belum ada kesadaran menjaga sungai. Bahkan sungai masih dipandang bak tong sampah. Segala macam sampah dibuang di sungai tanpa memikirkan dampaknya.

Bermula dari keresahan itu, kelompok peduli lingkungan, khususnya sungai ini berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melindungi lingkungan dari paparan sampah maupun limbah.

“Pemerintah jangan terfokus pada program sarana saja. Perlu didorong kebijakan legalitas untuk membatasi pemakaian plastik misalnya. Juga pelaku pembuang sampah sembarangan,” kata Relawan Saber Pungli, Catur Wicaksono ditemui MVoice beberapa waktu lalu.

“Akar masalahnya perilaku manusia sendiri. Untuk mengubah itu perlu kesadaran bersama. Kalau bisa berjalan beriringan, (regulasi-edukasi) maka akan lebih mudah,” imbuhnya.

Namun, lanjut dia, pihaknya tidak terlalu berharap banyak soal regulasi. Maka solusi konkret yang bisa dilakukan saat ini menggerakkan masyarakat sekitar untuk sedikit demi sedikit berubah.

“Yang kami bisa mendorong perilaku masyarakat berubah semampunya. Dari hal sederhana dengan aksi setiap minggu turun ke kali (sungai) membersihkan dari sampah,” sambung dia.

Salma safitri, Ketua Forum Komunikasi Batu Sehat (FKBS) menambahkan, pihaknya genjar melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk aksi lingkungan setiap minggunya. Hingga saat ini total telah memasuki aksi pekan ke-35. Sejak Saber Pungli resmi dibentuk 2017 silam.

“Kami konsentrasi bagaimana mengajarkan hal konkrit, kecil dan sederhana ini. Namun memang kunci perubahan perilaku itu dari civil society,” jelas perempuan akrab disapa Fifi ini.

“Memang sulit tapi kami yakin akan bisa merubah perilaku dan kesadaran masyarakat,” tutupnya. (Der/Ery)