Buta Setelah Vaksin, Joko Kini Bekerja Jadi Pembuat Raket

Joko Santoso dirumahnya sedang memasang salah satu bagian raket, (Bagus/Mvoice).

MALANGVOICE – Joko Santoso (38), warga Arjowinangun, Kedungkandang, Kota Malang yang sempat mengalami kebutaan setelah menjalani vaksinasi, kini bekerja sebagai buruh perajin raket di rumahnya.

Dibantu Istri dan Ayah mertuanya Sabar (60), dalam dua hari Joko bisa memasang 60 senar raket.

Joko mengaku kondisi penglihatan mata dan tubuh yang terganggu setelah disuntik vaksin Astrazeneca, menjadi kendala untuk Ia kembali menjalani profesinya sebagai kuli bangunan.

“Badan itu mudah pegel-pegel dan gampang sakit juga. Ini saya flu juga belum sembuh-sembuh. Padahal saya juga tidak punya komorbid apapun. Untuk mata sih bisa meski cuman hitam-putih. Tapi kalau nggak ada cahaya ya gak bisa lihat,” ujarnya, Ahad (12/12).

Baca Juga: Pemulihan Kebutaan Warga Arjowinangun Diperkirakan 6 Bulan

Meski saat ini, Joko sudah bekerja sebagai pengrajin raket, penghasilannya mengalami penurunan yang cukup drastis dibanding saat bekerja sebagai kuli bangunan.

“Saat jadi kuli bangunan itu satu hari dapat Rp100 ribu. Sekarang Rp30 ribu untuk 60 raket. Per raketnya dihargai Rp500 rupiah,” jelasnya.

Hebatnya, Bapak dua anak itu tetap bersyukur dan tidak mempermasalahkan penurunan penghasilan tersebut. Sebab dengan kondisinya saat ini masih bisa bekerja Ia anggap sebagai berkah.

Baca Juga: Karena Kebutaan, Joko Santoso Belum Dipastikan Bisa Ikuti Vaksinasi Dosis Dua

Perlu diketahui, dari hasil kajian pihak RSSA Malang bersama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang dan Pokja KIPI Kota Malang. Disampaikan bahwa gangguan penglihatan Joko terjadi bukan karena vaksinasi melainkan adanya gangguan saraf mata.

Joko mengaku sebenarnya merasa belum puas dengan hasil kajian tersebut.

“Dari hasil pemeriksaan terbukti saya tidak punya riwayat penyakit. Saya juga sempat tanya dokter tapi tidak mendapat jawaban, hanya dijawab kebetulan setelah vaksin,” terangnya.

Tapi Joko hanya bisa pasrah menerima keputusan dari hasil kajian dokter tersebut.

“Nerima aja. Saya ini cuman rakyat biasa, yang tau dan bisa memutuskan itu disebabkan karena apa kan ya Dokter. Mau bantah pun juga sulit karena ada Pro dan Kontra,” tuturnya.

Sementara itu, untuk kondisi penglihatannya, dikatakan Joko masih terbatas dan hanya bisa melihat tiga warna yakni Hitam, Putih dan Abu-abu.

“Degradasi warna itu kelihatan cuman tiga warna hitam, abu-abu sama putih. Itu degradasi antara hitam dan putih itu bisa membedakan,” jelasnya.

“Kalau baca tulisan background-nya putih bisa baca, tapi kalau kayak hitam, hijau tua itu nggak bisa,” sambungnya.(der)