Bung Edi Sebut Kota Malang Sempat Menjadi Barometer Musik Rock

Musisi lokal yang tampil di MMI Kota Malang, (Bagus/Mvoice).

MALANGVOICE – Musisi lokal menampilkan pertunjukan musik di Museum Musik Indonesia (MMI) Kota Malang. Pertunjukan tersebut diadakan untuk memperingati hari musik Nasional yang jatuh pada hari ini Rabu (9/3).

Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko turut hadir untuk melihat langsung penampilan musisi lokal dan beberapa koleksi musik di MMI Kota Malang.

Dalam kesempatan tersebut, pria yang akrab disapa Bung Edi itu, menyampaikan sebenarnya Kota Malang pernah menjadi barometer musik rock Nasional.

Ia pun menjelaskan alasan Kota Malang disebut sebagai barometer musik rock, karena musisi maupun penikmat musik pada waktu itu saling mendukung.

“Musisinya memberikan karya terbaik dan penggemarnya punya penilaian musik yang sangat bagus,” ujarnya saat diwawancarai awak media, Rabu (9/3).

Hal itu terbukti dengan naik turunnya musisi rock saat masa kejayaan itu. Dimana, mayoritas grup band akan bersinar di tempat lain usai tampil dan diterima masyarakat Malang Raya.

Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko saat mencoba salah satu alat musik di MMI Kota Malang, (Bagus/Mvoice).

“Sebaliknya, jika group band tersebut tidak memuaskan saat tampil di Malang maka kebanyakan akan meredup, sebab saat itu selera masyarakat Malang terhadap musik cukup tinggi,” kata Edi.

Sementara itu, Pendiri MMI Kota Malang, Hengki Herwanto menilai untuk saat ini memang masa kejayaan musik di Kota Malang mulai meredup.

Dikatakan Hengki, saat ini banyak musisi asal Kota Malang yang sudah membawa karyanya go internasional namun tidak terlalu dikenal di kota sendiri.

“Misalnya, Nova Ruth yang sudah pernah tampil di 5 benua. Sebelum pandemi, dia bisa tampil di 100 pentas musik di berbagai negara,” terangnya.

Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko saat berada di MMI Kota Malang, (Bagus/Mvoice).

“Lalu ada juga Wukir Suryadi yang kiprahnya hampir sama dengan Nova Ruth. Dia juga pernah menciptakan instrumen musik dengan bambu,” sambungnya.

Hengki pun sedikit menceritakan masa kejayaan musik di Kota Malang. Dimana saat itu, pecinta musik sampai rela menjual celana demi menonton konser.

Namun, saat band yang tampil tersebut tidak memuaskan, para penonton akan melemparinya dengan sesuatu sebagai bentuk kekecewaan para pecinta musik.

“Hal itu menggambarkan betapa cintanya untuk mengharap sajian musik bermutu. Makanya jika ada sajian musik yang gak bagus akan dilempari,” ucap Hengki.

Ia pun berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Malang bisa membantu mendorong pelajar di Kota Malang untuk berkunjung ke museum-museum di Kota Malang.

“Supaya pelajar itu memiliki wawasan lebih. Kan di Kota Malang banyak museum, khusunya MMI sebagai museum musik. Disisi, lain juga membantu mengeluarkan perekonomian museum di Kota Malang,” tandasnya.(der)