Blusukan ke Dinoyo, Nanda Tangkap Potensi Wisata

Kota Malang Memilih Pemimpin

Calon Wali Kota Malang nomor urut 1, Ya'qud Ananda Gudban, blusukan di kawasan Tlogomas. (Muhammad Choirul)
Calon Wali Kota Malang nomor urut 1, Ya'qud Ananda Gudban, blusukan di kawasan Tlogomas. (Muhammad Choirul)

MALANGVOICE – Agenda kampanye Ya’qud Ananda Gudban berlanjut. Selasa (20/2), Calon Wali Kota Malang nomor urut 1 itu blusukan ke beberapa lokasi, di antaranya kawasan Kelurahan Dinoyo.

Kedatangan perempuan yang akrab disapa Nanda itu memberikan sinyal positif bagi pengrajin keramik di Kampung Keramik Dinoyo. Nanda menegaskan, produk lokal buatan para pengrajin ini harus terus didukung.

Apalagi ini merupakan mata pencaharian mayoritas warga di kampung tersebut. “Ini bisa menjadi aset pariwisata di Kota Malang, karena dari segi design dan kualitas keramik serta gibs tak kalah jika bersaing dengan yang lainnya,” ungkap perempuan yang gemar berbelanja produk lokal ini.

Peraih gelar doktor dari Universitas Brawijaya ini juga menawarkan solusi terkait pengembangan kawasan tersebut. Dikatakan, salah satu upaya untuk memasarkan keramik-keramik di Kampung Dinoyo ini, bisa melalui pameran-pameran produk lokal demi menyebarkan virus untuk warga agar menggunakan produk lokal.

“Ini bagus untuk perekonomian Kota Malang, jadi harus terus didukung karena semakin luas lapangan pekerjaan ini, kalau produksi mereka makin besar dan kreatif,” tuturnya.

Sementara itu, di tempat berbeda, Nanda takjub dengan keberadaan situs bersejarah berupa petirtaan. Situs ini berada di Kelurahan Dinoyo RT 04/ RW 05 yang masih belum banyak diketahui orang.

Nanda ini menyebutnya sebagai situs bersejarah di pusat Kota Malang. “Ini menarik sekali untuk jadi wisata yang paling potensial. Ini recomended sekali bagi warga kota untuk melepas penat sehabis pulang kerja. Apalagi dari segi atmosfernya, baru setengah kilometer masuk suhunya sudah beda,” ungkapnya.

Imam (47 tahun), selaku ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) menyatakan bahwa di wilayah ini sebelumnya sering terjadi pemalakan. Hal itu membuatnya berinisiatif membuka warung- warung di sebelah petirtaan.

Dulunya, petirtaan ini dimanfaatkan warga sebagai sumber air dan pemandian. Termasuk nama Tlogomas diambil dari petirtaan ini pada masa kepemimpinan Ken Arok.

“Nah, setelah keberadaan warung ini diketahui masyarakat, akhirnya banyak akademisi yang nongkrong. Saya juga sudah mengajak beberapa dari akademisi yang sudah bersedia mengembangkan, semoga juga Bu Nanda bisa mendukung dan membantu program ini kedepannya,” ungkapnya.(Coi/Aka)