MALANGVOICE – Beragam reaksi diberikan masyarakat menanggapi kebijakan pembelian minyak goreng curah rakyat (MGCR) melalui aplikasi PeduliLindungi.
Bagi sebagian masyarakat cara semacam itu cukup merepotkan. Seperti yang disampaikan Sumirah, pedagang sembako di pasar relokasi Stadion Gelora Brantas, Kota Batu. Ia mengatakan, tidak semua konsumennya melek teknologi, terutama bagi mereka yang berusia lanjut.
“Menurut saya merepotkan. Bisa-bisa berdampak pada turunnya penjualan,” sahut Sumirah.
Transaksi MGCR dengan aplikasi PeduliLindungi dijadwalkan mulai diberlakukan pada 10 Juli nanti. Cara ini diterapkan pemerintah untuk memastikan minyak goreng curah tepat sasaran.
Dari langkah itu masyarakat bisa mendapat migor curah seharga Rp14 ribu per liter atau Rp15 ribu per kilogram. Tiap konsumen maksimal dibatasi 10 liter migor curah per hari.
Sumirah menuturkan, saat ini harga jual migor curah ditempatnya dibanderol Rp16 ribu per liter. Stok per harinya berkisar 15 liter saja.
“Mau beli berapa liter, tetap saya layani. Tidak ada batasan. Beda dengan distributor besar yang harus nunjukkan KTP dan dibatasi 2 liter per hari,” imbuh dia.
Sementara itu, salah satu pembeli, Wariati mengaku belum mengetahui kebijakan yang digulirkan pemerintah pusat itu. Baginya, kebijakan membeli migor curah dengan aplikasi PeduliLindungi cukup merepotkan. Lantatan dirinya tak selalu membawa ponsel pintar.
“Saya rasa nggak perlu pakai peraturan semacam itu. Karena saya juga nggak berani kalau ke pasar bawa hp. Takut hilang. Kalau memang diterapkan, ya terpaksa beli migor kemasan sekalipun harganya mahal,” timpal dia.(der)