Belajar Melayani, Cara Mahasiswa Ma Chung Asah Karakter

MALANGVOICE – Pendidikan karakter jadi perhatian serius Universitas Ma Chung selain mengasah keterampilan akademis. Seperti yang dilakukan 152 mahasiswa peserta pelatihan kepemimpinan di program OBOR 1 di Camping Ground Buana Bina Bhakti Kota Batu 14-16 Januari 2019 pekan lalu.

Ya, kegiatan yang bertajuk Nilai Diri Seorang Pemimpin itu bertujuan untuk menyiapkan mahasiswa menjadi kader pemimpin yang siap melayani, menjadi pemimpin yang cerdas dan cekatan dan menjadi pemimpin yang menghidupi nilai diri keutamaan.

Narasumber sekaligus Kepala Bagian Kemahasiswaan Universitas Ma Chung
Felik Sad Windu Wisnu Broto menjelasakan, bahwa ada banyak nilai diri yang utama disebut keutamaan yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin seperti melayani, kerja sama, kerja keras, pantang menyerah, bertanggungjawab, dan memaafkan. Besar harapan melalui kegiatan ini mahasiswa siap belajar untuk mengenal nilai diri sendiri, nilai universitas, nilai-nilai keutamaan umum lantas mengintegrasikan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

“Selama dua hari tiga malam kalian akan menginap di tempat ini dengan sarana dan prasarana yang sangat terbatas, tidak ada kasur dan bantal apalagi selimut, tidak ada makanan yang lezat dan sejenisnya. Kalian hanya tidur di tenda kalau cukup, kalau tidak cukup silahkan tidur dimanapun asalkan di kompleks camping ground. Bisa di Hall yang dingin ini atau di gudang dan seterusnya” kata Felik kepada MVoice.

Paling menarik, lanjut Felik, salah satunya adalah selama tiga hari dan dua malam peserta diajak belajar menghayati nilai melayani dengan mengambil makan, mendoakannya lalu menyuapkannya kepada peserta lain setiap kali makan. Ada banyak ekspresi yang muncul saat menjelaskannya kepada peserta. Mulai dari kaget dan heran, merasa lucu, merasa tertantang dan bahkan ada yang menolak.

“Kalian akan belajar menghidupi nilai keutamaan melayani dengan cara mengambil makan, mendoakannya lalu menyuapkannya kepada peserta lain setiap kali makan. Kalian makan bukan untuk diri kalian tapi untuk orang lain. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk orang lain,” tegas Felik.

Felik menambahkan, saat pertama kali dilaksanakan hampir sepertiga peserta yang gagal. Ada 55 peserta yang maju untuk menerima konsekuensi karena kegagalannya. Setelah mengambil makan, mendoakannya dan menyuapkannya pada peserta lain, ada peserta yang tidak sabar. Temannya telalu lambat untuk menyuapinya padahal sudah terlalu lapar. Akhirnya memintanya dan memakannya sendiri.

“Ada juga yang tidak bisa makan kalau disuapi karena merasa tidak nyaman. Ada juga yang secara teknis tidak bisa menyuapi karena selama hidupnya belum pernah menyuapi,” tuturnya.

Yohana, salah satu dosen yang mengisi sesi dengan tema menggali nilai diri dari pengalaman hidup menjelaskan, bahwa setiap peristiwa itu bermakna. Apapun peristiwa itu, baik peristiwa yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Persoalannya banyak dari diri masing-masing yang membiarkan peristiwa itu berlalu begitu saja tanpa sempat berhenti untuk bermakna. Maka harapannya melalui sesi ini mahasiswa bisa belajar menggali makna dan nilai dari setiap peristiwa yang pernah dialaminya.

“Setiap peristiwa itu bermakna. Persoalannya tidak semua dari kita itu memiliki waktu untuk rehat sejenak, membiarkan peristiwa itu berbicara sehingga kita bisa menemukan makna dan nilai di dalamnya,” kata Yohana.

” Maka sekarang saya mengajak kalian untuk melihat kembali sejarah hidup anda! Cari satu peristiwa yang sangat menyenangkan dan satu peristiwa yang sangat menyedihkan atau mengecewakan! Ayo kita gali bersama-sama kira-kira makna apa, nilai apa yang ada di balik setiap peristiwa itu. Butuh kejujuran dari diri kita untuk menerima setiap peristiwa yang kita alami” pungkasnya.(Hmz/Aka)

Berita Terkini

Arikel Terkait