Beda Analisis Soal Sumber Dentuman Misterius, Muncul Istilah Tropospheric Ducting

MALANGVOICE – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda, Sidoarjo menyatakan kecil kemungkinan suara dentuman misterius di wilayah Malang Raya hingga Surabaya dikarenakan fenomena thunderstorm atau badai petir.

“Berdasarkan data, dentuman itu kecil kemungkinannya disebabkan oleh petir. Kita masih berkoordinasi dengan berbagai pihak sesuai tugas dan fungsi kita untuk mengungkap asal dentuman itu,” ungkap Kasi Data Dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto, saat dikonfirmasi, Kamis (4/2).

Menurut Teguh, suara dentuman itu diperkirakan bukan karena fenomena alam, karena jika berdasarkan rekaman sensor sismik di Malang, Tretes, dan Gedangan tidak menunjukan aktivitas kegempaan dan tidak ada aktivitas sambaran petir. Sehingga dugaan dentuman ini karena faktor lain di luar tugas dan fungsi BMKG.

“Berdasarkan data sensor seismik tidak menunjukan peningkatan aktivitas kegempaan, kalau di data aktivitas sambaran petir juga tidak menunjukan anomali peningkatan, sumber dentuman itu bisa karena aktfitas militer, pertambangan dan lainnya. Perlu penelitian dan kajian lebih lanjut,” jelasnya.

Untuk itu, lanjut Teguh, dirinya mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik. Carilah informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

“Masyarakat di imbau untuk tetap tenang, tetap waspada dan tetap mengikuti dan mencari informasi dari beberapa instansi yang sesuai dengan bidangnya. Jangan mudah terpengaruh berita hoax dan tidak berdasar,” tegasnya.

Perbedaan Analisis “Dentuman Misterius”

Terpisah, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam akun Twitter @daryonoBMKG mengunggah update kicauannya yang menjelaskan tentanf dentuman misterius.

Daryono menuliskan dentuman itu diakibatkan fenomena tropospheric ducting.

“Di sini tidak mendung tak ada petir kok ada dentuman? Ini fenomena “tropospheric ducting’, kiriman petir dari tempat sangat jauh,” tulisnya yang diunggah pada Rabu (4/2) pukul 18:07 WIB.

Daryono pun mengunggah bukti tampilan layar aktivitas petir di Jatim selama 24 jam terakhir.

“Jatim Kaya perir 24 jam terakhir.”

Daryono juga menjelaskan bagaimana proses terjadinya tropospheric ducting.