Bantengan Kolosal, 3.000 Peserta Penuhi Stadion Brantas

Bantengan di Stadion Brantas (fathul)

MALANGVOICE – Stadion Brantas Kota Batu mendadak bernuansa mistis, tadi malam. Instrumen musik Jawa mengalun penuh semangat. Enam ekor replika banteng yang tampak seram, ngesot di depan panggung besar bertuliskan Bantengan Colossal Night Spectaculer.

Bantengan yang diselenggarakan dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-14 Kota Wisata Batu itu diikuti 120 kru bantengan se Malang Raya, dengan jumlah peserta mencapai 3.600 orang. Stadion pun menjadi penuh manusia, baik penonton maupun pemain.

Acara ini memang bukan sekedar pementasan seni, acara ini dibentuk menjadi drama kolosal yang menyajikan beragam kesenian. Bantengan sendiri merupakan seni tradisi asli Kota Batu, sehingga dijadikan unggulan dalam pagelaran

Alkisah, di suatu daerah berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin raja yang adil dan bijaksana. Di sana menjunjung tinggi nilai luhur budaya bangsa, sehingga rakyat bersatu dengan kuat. Hingga datanglah mala petaka, rakyat diadu domba.

Kejahatan yang dilambangkan dengan macan ini kemudian bertarung melawan banteng sebagai representasi keutuhan bangsa dan negara. Demikian kisah itu beegulir sebagai sebuah drama kolosal.

“Drama kolosal ini diawali dengan pencak silat yang juga datang dari Malang Raya, dilanjutkan dengan cemeti atau pecut, dan diakhiri pertarungan antara bantengan dengan macanan,” kata Ketua Pelaksana, Aris Setyawan, kepada MVoice.

Salah satu kelompok Bantengan, Karya Muda Punten, Kecamatan Bumiaji yang diketuai oleh Jiono, juga ikut serta membawa rombongan bantengannya. Sebanyak 60 orang berpartisipasi guna memeriahkan acara HUT ke 14 Kota Batu.

“Mainnya bisa sampai 4 jam. Kita main bersama-sama membentuk sebuah cerita. Kalau pemain bantengan sudah kesurupan roh banteng, acara akan semakin seru,” ujar Jiono.