MALANGVOICE– Anomali cuaca yang tak menentu mengakibatkan sebagaian besar petani tomat gagal panen. Hal tersebut memicu kenaikan harga tomat lantaran minimnya rantai pasokan di pasaran. Sebelumnya harga tomat berkisar Rp8 ribu hingga Rp10 ribu per kilogram dan naik secara bertahap hingga menyentuh harga Rp25 ribu per kilogram di pasaran.
Melambungnya harga tomat membuat para petani sumringah lantaran pada masa sebelumnya mengalami kerugian imbas fluktuasi harga. Seperti yang dirasakan Rudi, petani tomat di Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Meski hasil panennya tak maksimal, dia tak sampai mengalami nasib buntung. Di kalangan petani, harga tomat dibanderol berkisar Rp23 ribu per kilogram.
Lebih lanjut, dengan harga jual Rp23 ribu per kilogram, petani seperti Rudi mengaku bisa mengembalikan biaya produksi, bahkan meraup sedikit keuntungan. Namun bukan berarti semua petani bisa menikmati berkah harga tinggi ini. Sebab, tantangan cuaca tak menentu bukan cuma soal gagal panen. Biaya perawatan juga ikut membengkak.
“Cuaca tak menentu rawan penyakit. Kami harus lebih sering semprot pupuk daun dan insektisida. Kalau biasanya cukup seminggu sekali, ini bisa sampai tiga kali. Kalau telat semprot, daunnya kuning terus busuk,” katanya.
Selain itu, intensitas hujan yang tinggi belakangan ini juga membuat lahan jadi becek dan sulit dijangkau. Para petani harus ekstra hati-hati saat memanen, agar tomat tidak jatuh dan pecah. Sebab begitu rusak sedikit saja, harganya bisa jatuh drastis. Bahkan tidak laku.
Jika hasil panen bagus dan harga stabil, petani masih bisa tersenyum sampai musim tanam berikutnya. Namun musim ini jelas bukan musim yang nyaman. Tanaman tomat lebih banyak berjuang melawan cuaca, dibanding tumbuh dengan tenang. Beberapa petani bahkan sudah mulai berpikir ulang untuk menanam tomat di musim berikutnya, jika pola cuaca masih tidak bersahabat.
Di tengah naik turunnya harga, cuaca, dan hasil panen, satu hal yang tak berubah dari petani seperti Rudi adalah semangat. Meski hujan terus, meski ladang becek, meski harus tiga kali semprot dalam seminggu, mereka tetap berangkat ke ladang sejak pagi. Menjaga tanaman tomat yang tinggal sedikit, berharap panen berikutnya lebih ramah.
“Yang penting tetap semangat. Soal cuaca, itu urusan Tuhan,” tutupnya.(der)