MALANGVOICE– Kebijakan efisiensi anggaran pemerintah pusat berdampak pada pemangkasan dana bantuan sarana produksi pertanian (saprodi) program revitalisasi apel di Kota Batu. Pada tahun 2024 lalu, bantuan saprodi dikucurkan senilai Rp607,7 juta dibagikan kepada 10 gabungan kelompok tani (gapoktan). Nilainya merosot tajam menjadi Rp359,5 juta disalurkan kepada 5 gapoktan di tahun 2025.
Kelima gapoktan penerima manfaat program tersebut berada di wilayah Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Rinciannya di Desa Tulungrejo, disalurkan kepada Kelompok Tani (Poktan) Arjuno 2 senilai Rp65 juta, Poktan Tani Junggo Makmur 01 dan Poktan Maju Sukses, masing-masing mendapat Rp76 juta. Selanjutnya dua poktan di Desa Bulukerto, yakni Sri Mulyo 02 dengan bantuan Rp66 juta dan Sri Makmur dengan nilai Rp76 juta.
Belanja Obat-obatan Dinkes Batu Senilai Rp1,9 Miliar Dinyatakan Kedaluwarsa
Bantuan saprodi revitalisasi apel ini dikucurkan ke wilayah-wilayah sentra pertanian apel. Sebelum diberlakukannya efisiensi anggaran, ada 10 gapoktan penerima manfaat dari program tersebut.
Antara lain, Gapoktan Gunung Biru, Makmur Abadi dan Tani Maju 01 dari Desa Tulungrejo. Kemudian Sri Jaya Rekesan Kulon dan Muda Makmur dari Desa Bulukerto. Selain itu, Gapoktan dari Desa Sumbergondo seperti Mertani 02, Mertani 03 dan Anugerah Tani juga masuk daftar penerima. Tak ketinggalan, Gapoktan Karya Tani dari Desa Punten dan Unggul Abadi dari Desa Bumiaji juga kebagian jatah.
“Di waktu sebelumnya, nominal bantuannya bervariasi, mulai dari Rp43,5 juta hingga Rp69 juta. Karena dampak efisiensi anggaran, program bantuan ini akan diberikan secara bergulir, supaya semua bisa merasakan manfaatnya,” terang Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan-KP) Kota Batu, Heru Yulianto.
Di sisi lain, Distan-KP menyiapkan anggaran demonstration plot (demplot) uji coba teknologi budidaya apel. Melalui skema tersebut, petani apel bisa melihat langsung bagaimana penerapan teknologi tepat guna dan insektisida hayati dilakukan. Pihaknya juga menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melakukan penelitian di sektor pertanian.
“Harapannya hasil dari demplot bisa diaplikasikan secara kolektif oleh para petani,” katanya.
Sementara itu, Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Distan-KP Kota Batu, Retno Indahwati menambahkan, bahwa riset tersebut fokus pada pengembangan varietas apel baru dan pemetaan lahan potensial untuk budidaya apel ke depan. Dengan berbagai upaya tersebut, Pemkot Batu berharap petani apel tidak hanya sekadar bertahan, tapi juga bisa naik kelas.
“Kerja sama ini terus kami lanjutkan. Tujuannya agar apel Batu tetap punya daya saing dan bisa beradaptasi dengan perubahan iklim,” ujar Retno.(der)