Aksi Kompi Sumeru dan TRIP di Wingate Action Karanglo, Singosari, dan Lawang Repotkan Belanda

Sersan Ginkel (KL), Mayor Budiono, dan Mayor Abdul Manan. Kontak awal setelah gencatan senjata (Agustus1949). (Istimewa)
Sersan Ginkel (KL), Mayor Budiono, dan Mayor Abdul Manan. Kontak awal setelah gencatan senjata (Agustus1949). (Istimewa)

MALANGVOICE – Sesudah Perjanjian Renville, gencatan senjata tercapai. Namun, disadari sebagaimana di daerah-daerah lainnya, Belanda tidak jarang melakukan pelanggaran. Perjanjian Renville menjadikan wilayah RI semakin sempit dan dikurung daerah-daerah pendudukan Belanda.

Pada 19 Desember 1948, pukul 06.00 pagi Belanda melakukan Agresi Militer II. Hampir seluruh kota di Jawa berhasil dikuasai, termasuk Malang, yang semenjak Agresi Militer I sudah diduduki Belanda, dengan garis demarkasi ditentukan dari Pakisaji.

Belanda semakin meningkatkan patrolinya dengan pasukan berlapis baja di jalan raya Malang-Batu, Karanglo, dan Malang-Lawang yang menjadi jalur utama logistik dan mobilitas pasukannya.

Saat itu, penduduk semakin menyatu dengan pasukan RI. Hampir semua desa sudah menjadi daerah kekuasaan pasukan negeri, kecuali jalan raya. Pemerintahan sipil bentukan Belanda, Recomba (Regering’s Comtabiliteit Bestuur Ambtenaar) sudah nyaris lumpuh. Untuk itu pemantapan penguasaan wilayah yang telah dikuasai harus dibina dengan membentuk pemerintah darurat. Diangkatlah Soewartono sebagai Camat Karangploso, dan M. Rifai sebagai Camat SIngosari, dan Lawang masih dalam proses.

Pada Maret 1949, Belanda mengadakan patroli dan operasi besar-besaran di Karanglo dan Singosari. Pagi buta mereka mengadakan operasi pembersihan serentak dengan pasukan lapis baja dan bantuan pesawat pengintai. Pengepungan dari berbagai jurusan, tembakan membabi-buta, dan penduduk yang tertangkap dikumpulkan dan diinterogasi. Namun, karena gotong royong yang kuat antara penduduk dan pasukan gerilya RI, berita pengepungan ini sudah diketahui secara beranting, dan operasi pasukan Belanda dianggap kurang berhasil.

Untuk memperkecil nyali musuh dan mempersempit ruang gerak mereka, pasukan RI sering melakukan penyerangan ‘hit and run’ dengan kelompok-kelompok kecil. Menjelang subuh mereka menyerang pos-pos Belanda di daerah Karangploso, Pendem, dan Singosari. Juga penyerangan terhadap konvoi pasukan Belanda di sepanjang jalan Malang-Lawang dari atas bukit Mondoroko-Watugede, dan Songsong.

Dalam operasi besar yang dilakukan, gugur tiga pahlawan, yakni Komandan Regu Kopral Sumedi, Pratu Mochib yang tertembak di desa Tegalgondo Karangploso, dan Sersan I Madasih yang tertangkap dan ditembak di Ngroto, Pujon. Dari kesatuan lain, regu Heri Sugondo juga tertangkap.

Pada saat Wingate Action Kepala Staf Batalyon III memerintahkan Letnan Satu Soeyono untuk membantu Kompi Sumeru dalam memantapkan penyelenggaraan pemerintahan sipil di daerah Karangploso, Singosari, dan Lawang, serta memperkuat daya tahan perang gerilya di wilayah tersebut.

Diangkatnya Sersan Mayor Paimin, yang dikenal dengan Komandan ‘Stroot troep’ menjadi Komandan Seksi III, semakin meningkatkan serangan dan penghadangan terhadap pasukan Belanda. Seksi Suwandi yang bermarkas sementara di Dengkol, Singosari Timur, giat melaksanakan sabotase, seperti memutus kabel telepon, merusak jalan kereta api, bahkan membakar pasar Singosari. Pos-pos Belanda di Singosari pun tidak pernah tenang dari gangguan Seksi Suwandi. Nyaris setiap hari dilakukan penghadangan di jalan raya Malang-Surabaya, dan tidak jarang menewaskan beberapa dari konvoi pasukan Belanda. Pasukan “O” yang berkedudukan di desa Lang-Lang juga aktif membantu pasukan Kompi Sumeru dalam penyerangan dan penghadangan.

Anggota TRIP yang tergabung dalam Kompi Sumeru membantu penggalangan masyarakat dengan membuat dan menempelkan poster-poster di tempat strategis untuk membangkitan semangat rakyat melawan Belanda. Anggota TRIP mengusahakan cap dan stempel pemerintah darurat RI, baik untuk kecamatan maupun desa-desa, yang secara sembunyi-sembunyi dipesan dari Toko Buku ARC Salim, dalam rangka memperkuat legalitas pemerintah darurat RI dan melenyapkan pemerintah bentukan Belanda (Recomba).

Ketika penguasaan daerah telah cukup mantap, Kondan Sektor dipindahkan ke kampung Jeruk. Mendeg. Markas Seksi Suwandi bergeser ke Desa Ngepoh. Wilayah Kecamatan Karangploso, Singosari dan bagian timur Kecamatan Lawang dikuasai oleh Batalyon Abdul Manan, sementara Belanda hanya menguasai kota kecamatan dan jalan raya Malang-Surabaya.(idur)