Akibat Sedimentasi, Waduk Selorejo Perlu Dikeruk

Kondisi Waduk Selorejo, Ngantang saat ini. (Toski D).
Kondisi Waduk Selorejo, Ngantang saat ini. (Toski D).

MALANGVOICE – Waduk Selorejo, Ngantang, saat ini mengalami pendangkalan, yang mengakibatkan pengemudi perahu wisata tidak bisa leluasa bergerak sehingga wisatawan enggan naik.

“Akibat pendangkalan ini di tahun kemarin (2019), perahu saya hanya bisa dioperasikan selama tujuh bulan saja, beda dengan tahun sebelumnya yang bisa beroperasi selama 11 bulan, karena saat Ramadan libur,” kata salah satu pengemudi perahu wisata, saat ditemui di area Waduk Selorejo, Jumat (19/1).

Menurut Purnomo, kondisi tersebut, saat ini sudah mulai membaik, karena sudah memasuki musim hujan.

“Bulan kemarin, saat kemarau kondisi waduk airnya surut. Sekarang, sudah lumayan, wisatawan pun mulai ada yang naik,” jelasnya.

Disisi lain, Salah satu warga sekitar waduk yang enggan disebutkan namanya mengatakan, pendangkalan di waduk Selorejo ini sudah terbilang parah, pasalnya di area mangkalnya perahu wisata merupakan daerah yang paling dalam.

“Di daerah ini (tempat mangkal perahu wisata, red) dalamnya sekitar 20 meter hingga 25 meter, makanya dulu sempat dijadikan spot pertandingan ski ketika itu Jatim jadi tuan rumah PON. Tapi saat ini sudah dangkal,” ucapnya.

Lebih lanjut, waduk Selorejo tersebut, saat ini kedalaman di perkirakan hanya 7 meter sampai 10 meter. Pendangkalan ini dikarenakan adanya gelontoran material berupa lumpur dan limbah peternakan dari Pujon, yang masuk saat musim hujan.

“Saat Hujan di tahun kemarin, material dari Pujon masuk semua. Kami sering sampaikan kondisi ini kepada pengelola. Sudah diusahakan dikeruk tapi ya begitu saja,” tegasnya.

Terpisah, Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan menyampaikan pendangkalan atau sedimentasi terjadi secara alami hampir di seluruh waduk yang ada di Indonesia. Namun, untuk di waduk Selorejo, pihaknya sudah berupaya melakukan pengerukan.

“Selama ini kami rutin melakukan pengerukan. Sedimentasi di Bendungan Selorejo, sebagaimana bendungan lainnya di Indonesia, memang cenderung tinggi,” ungkapnya, saat dihubungi melalui WhatsApp.

Dengan adanya sedimentasi tersebut, lanjut Raymond, pihaknya terus melakukan upaya untuk normalisasi.

“Pengerukan selama ini dilakukan dalam jumlah mendekati 1,1 juta m3 untuk bendungan di dalam waduk Selorejo Brantas,” pungkasnya.(Hmz/Aka)