Ahmad Basarah: Nakes Penting Dibekali Vaksin Ideologi Cegah Radikalisme di Dunia Kesehatan

Anggota Komisi X DPR RI yang juga sebagai Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah, saat memberikan arahan dihadapkan ratusan tenaga kesehatan. (MVoice/Ist).

MALANGVOICE – Anggota Komisi X DPR RI yang juga sebagai Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menggelar kegiatan Dengar Pendapat Masyarakat (DPM) di UPT BLK Singosari, Kamis (17/11).

Di hadapan 165 tenaga kesehatan se Kabupaten Malang, Basarah menjelaskan bahwa ada kemiripan tugas antara anggota/pimpinan MPR dengan tenaga medis, yakni sama sama menjadi tukang suntik. Tenaga medis menjadi garda terdepan dalam menyuntikkan anti virus Covid -19, sedangkan pimpinan MPR menjadi ujung tombak menyuntikkan vaksin ideologi Pancasila.

“Virus covid-19 dan virus ideologi transnasional sama-sama berbahaya. Keduanya sama-sama menularkan dan memiliki daya rusak hebat. Sehingga kita memerlukan kedua vaksin tersebut untuk menjaga imunitas dan kekebalan tubuh serta pikiran kita,” ucapnya.

Ketua DPP PDI Perjuangan itu melanjutkan paparannya, bahwa virus Covid-19 tidak mengenal hukum perang. Jika dalam perang fisik, penduduk sipil, tenaga kesehatan, anak anak, orang lanjut usia, wartawan tidak boleh dibunuh, tapi virus Covid-19 tidak mengenal hukum perang. Covid-19 tidak mengenal SARA, pangkat, strata sosial, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan lain-lain. Singkatnya virus ini menyerang siapa saja dan bahkan bisa mengakibatkan kematian bagi umat manusia.

“Begitu juga dengan virus ideologi transnasional yang bisa menyerang siapa saja. Virus ini tidak menyerang organ tubuh manusia melainkan menyerang otak dan pikiran manusia,” jelasnya.

Sebagai contoh virus ideologi transnasional liberalisme dengan ciri utamanya adalah kebebasan dan hak asasi manusia. Di bidang kebudayaan dan gaya hidup, paham liberalisme ini mempropagandakan kebebasan yang sebebas bebasnya.

Basarah lantas mencontohkan pernikahan sejenis yang sudah dilegalkan di 23 negara negara di dunia. Menurut paham liberalisme ketika manusia lahir tidak mengenakan pakaian sehelai benang pun. Oleh karena itulah tidak boleh ada aturan yang membelenggu manusia.

Begitu juga dengan virus ideologi ekstrimisme keagamaan. Mereka yang terpapar virus ini memiliki ciri dan gejala khusus. Di level terendah gejala yang muncul adalah sikap intoleransi dan enggan mengakui kebhinekaan, sedangkan yang sudah terpapar parah bisa melakukan tindakan teror.

“Oleh karena itulah agar tenaga kesehatan tidak terserang virus ideologi ini, maka harus dilakukan vaksinasi ideologi,” tegasnya.

Tujuan dari vaksinasi ideologi adalah untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam hati otak dan pikiran tenaga kesehatan. Dengan demikian para nakes saat melayani masyarakat menjunjung tinggi agama dan moral tanpa diskriminasi SARA.

Selain itu, menempatkan kemanusiaan sebagai hal utama, mengakui persamaan derajat manusia, menempatkan persatuan juga keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi.

“Dengan Pancasila kita selamatkan negara dari ancaman virus Covid dan Virus Ideologi Transnasional,” tandasnya.(end)