Ade d’Kross, dari Malang Sampai ke Bulan

Frontman d'Kross Ade Herawanto membentangkan syal Arema. (istimewa)

Oleh: Damarhuda

Kota Malang kehilangan satu magnitnya, Ir Ade Herawanto, atau dikenal Ade D’kross, yang Kamis (25/3) lalu tertangkap Polresta Malang, kasus narkoba.

Mestinya, 1 April ini, kota Malang merayakan ke-107 Hari Jadinya yang bertema “Peduli dan Berbagi”, tapi bagi Ade D’kross yang juga Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkot Malang ini, ia sedang menunggu kepedulian Kota Malang.

Bahkan seandainya Arema atau Aremania mengirim tim pengacara untuk membantu advokasi Ade Kross agar bisa direhabilitasi saja atau diringankan kelak hukumannya, itu pun masih tak sebanding bagi pengorbanan Ade D’kross untuk Arema, Aremania dan Malang.

Ade lah yang jadi pelopor lahirnya band suporter di tanah air, D’kross Band, yang didedikasikan bagi Arema dan Aremania.

Ade dan D’kross ini yang kemudian menginspirasi saya dan temen-temen musisi di Surabaya, Royke, Reky, Mugix Power Metal dan Hendrix Sanada Andromedha, lantas mendirikan Arek Band, untuk bonek.

Sebagai ASN Pemkot Malang, kemampuan merangkul Aremania, membuat ia “begitu penting” bagi dua Walikota Malang sebelumnya, Peni Suparto dan Abah Anton. Untuk Walikota Malang sekarang, Drs.H. Sutiaji, ia sedang dipinang atau ia yang sedang meminangnya.

Beberapa tahun lagi, Ade D’kross akan pensiun dari ASN dan santer terdengar, ia bakal nyalon Cawali atau Cawawali 2024, sebelum kasus narkoba menghentikan mimpinya.

Datanglah ke kota Malang, siapa yang tak kenal Ade D’kross? Ia kawan bagi ASN, insan pers dan pengusaha, ia publik figur bagi Aremania, ia pun dermawan bagi sahabat-sahabatnya yang kesulitan ekonomi.

Sosoknya yang energik, penuh spirit, humoris, cerdik dan cerdas membaca peta kariernya, membuat ia melejit bagai sebuah meteor di kota Malang.

Tapi meteor kecil itu sedang jatuh dan ia sekarang digelandang ke Polda Jatim.

Kahlil Gibran berkata, “Orang kuat bukan ia yang selalu menang, tapi ia tetap tegar ketika jatuh.”

Saya mengenal Ade, saat sama-sama menghabiskan masa SMA di lingkungan “SMA Tugu” kota Malang, ia di SMA 3 dan saya di SMA 4 , beda satu tingkat, tapi kami sering bersama.

Saat ia masih jadi Kasi di Dinas Kimpraswil Pemkot Malang, ia sudah cerdik menilai, misalnya ia bilang akan ada anggota DPR RI di Jakarta yang akan pulang ke Malang dan nyalon Walikota.

Ade ngajak saya membuatkan buku biografi sosok tadi, kelak orang pun tahu, tokoh itu adalah Peni Suparto dan kita pun tahu, 10 tahun atau dua periode kepemimpinan Walikota Peni Suparto, Ade menjadi orang dekatnya dan kariernya terus melejit seperti meteor di langit.

Saat Ade ingin mendirikan band Dkross, kami bertemu lagi di rumah saya, Istana Bedali Agung, Lawang, Kab Malang.

Ada sebuah lagu yang saya ciptakan sama Robi, anak Malang, yang tahun 1996 ketemu di Gank Potlot Jakarta, markas Slank. Waktu malam hari di Potlot bersama Robi, saya ingat masa SMA di Tugu Malang dulu, bila sampai malam hari menikmati “Alimi” atau “Drum”, kami melihat bulan di langit seperti bertengger di pucuk Tugu Malang atau bulan mengintip di rerimbunan Splendid Iin. Malang begitu dekat ke bulan!

Kami lantas ingat band Rolling Stone “You Gotta Move”, atau The Police yang bikin “Walking On the Moon”. Lagu ini bicara bulan, dan kalau lagi kubam rasanya kita seperti sedang berjalan di bulan.

Nah, Robi sambil genjrengan, saya tulis lirik “Dari Malang sampai ke Bulan.” Sama-sama bercerita tentang bulan di langit, dari pandangan sang pemimpi yang sempoyongan, mulut bau minuman yang merindukan pulang.

Lagu itu kemudian saya kasihkan Ade. Dan album perdana D’kross, kita tahu, lagu “Malang ke Bulan” meledak dan masih dinyanyikan hingga sekarang.

Tapi meteor itu sedang jatuh. Banyak yang meramalkan karier Ade bakal hancur. Tapi saya bilang tidak, usai menjalani hukumannya kelak, Ade selalu punya jalan kebenarannya sendiri, walaupun juga ia banyak musuhnya, termasuk spekulasi dugaan ia dijebak dalam kasus narkoba yang menjeratnya, tapi tak ada yang bisa merampas kecemerlangan sang meteor kecil ini, yang cerdas dan lincah, cerdik dan cendikia, yang agamis sekaligus juga “srontong” khas arek Malang, “damai oke ribut oke.”

Ade mungkin lagi jatuh, tapi InshaAllah, kelak ia akan mengorbit lagi, dari Malang akan kembali mencapai bulan, dari cara yang lain.

Tahes selalu ya Sam Ade, ndang utem Jes !

*) Damarhuda wa alias Catur,
alumni SMA 4 Malang’88/Kepala Biro Jatim JPNN.com