MALANGVOICE – Seluruh siswa SMA Immanuel Kota Batu, Selasa (7/11) mendadak lari dari dalam kelas masing-masing. Ini terjadi setelah sirine tanda bahaya berbunyi.
Sirine tersebut merespon bencana gempa yang terjadi. Para siswa tak terlihat panik. Mereka dengan tertib menuju titik evakuasi untuk menyelamatkan diri.
Namun ini bukan bencana sungguhan. SMA Immanuel Kota Batu tengah mengikuti simulasi penanggulangan bencana secara mandiri. Turut memberikan pelatihan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu dan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Batu
Kepala SMA Immanuel Boaz Wahono menuturkan bahwa penerapan simulasi bencana ini sangat penting. Mengingat ada banyak siswa SMA Immanuel yang berasal dari daerah rawan bencana seperti Papua, NTT, Sulawesi dan Medan.
“Diharapkan bisa membekali anak-anak di kampung halamannya. Sehingga turut andil dalam pendidikan penanggulangan bencana sejak dini,” kata Wahono kepada awak media ditemui usai simulasi, Selasa (7/11).
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Batu Gatot Nugroho menambahkan, kegiatan ini merupakan penerapan program sekolah aman bencana. Yakni tiga pilar bencana mulai dari manajemen sekolah, fasilitas sekolah dan pelatihan siaga bencana.
“Perwujudan sekolah/madrasah aman bencana setidaknya harus memenuhi ketiga unsur tersebut. Tidak hanya tanggap bencana, namun kelengkapan fasilitas dan manajemen sekolah harus siap,” kata Gatot.
Adapun dalam simulasi ini, lanjut dia, juga diberikan penjelasan materi-materi kebencanaan, mulai manajemen pelatihan risiko bencana, pelatihan pertolongan pertama kedaruratan, dan juga shelter. Program sekolah/madrasah aman bencana ini merupakan program khusus untuk dua sekolah percontohan.
“Sekolah itu adalah SMAN 3 Kota Batu dan SMA Immanuel,” tutupnya.(Der/Aka)