MALANGVOICE – Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan masyarakat. Namun tidak semua pemilik hewan berbulu itu ingin beranak pinak tidak terkontrol. Salah satu cara untuk mencegah pengendalian populasi adalah menggunakan sterilisasi dengan mengangkat organ reproduksi.
Dampak dari sterilisasi adalah kucing menjadi kelebihan berat (obesitas). Kucing obesitas memiliki risiko penyakit komplikasi metabolic seperti penyakit jantung, penyakit gangguan liver, diabetes mellitus, gagal ginjal dan osteoporosis sehingga akan membebani pemilik kucing.
Oleh karena itu Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH-UB) melakukan sebuah penelitian inovasi terapi pada kucing Obesitas melalui terapi sedot lemak (Liposuction).
Tim Penelitian yang terdiri atas drh Fajar Shodiq Permata, M.Biotech, drh Ajeng Aeka N dan drh Dodik Prasetyo, dibantu dengan sembilan mahasiswa FKH UB tingkat akhir melakukan penelitian pengaruh sedot lemak pada kucing sebagai salah satu inovasi terapi untuk kucing obesitas dengan melihat beberapa parameter kimia darah terkait risiko beberapa penyakit metabolik.
“Parameter risiko penyakit jantung melalui pemeriksaan kolesterol, lemak, HDL dan LDL. Parameter resiko penyakit gangguan liver melalui pemeriksaan ALT, ALP, Total Protein, Kadar Bilirubin dan GGT,” kata Fajar, Senin (11/9).
Sedang parameter risiko penyakit Diabetes Mellitus seperti Kadar Glukosa, dan Enzim Amylase. Parameter risiko penyakit ginjal meliputi Kadar Ion Na+, ion K+, BUN, kreatinin. Parameter risiko penyakit osteoporosis yaitu kadar kalsium dan fosfor.
Metode sedot lemak yang digunakan berupa operasi pada perut kucing. Kucing dianestesi terlebih dahulu, kemudian lemak daerah perut diambil sebanyak 1% dari berat badan dengan sayatan yang pendek (1 cm). Pengukuran kimia darah dilakukan sebelum operasi sedot lemak, lalu 3 hari pasca operasi dan 10 hari pasca operasi dan 17 hari pasca operasi.
“Diharapkan sedot lemak pada kucing ini akan mampu menurunkan risiko penyakit komplikasi metabolik akibat obesitas,” tutup dia.(Der/Yei)