MALANGVOICE – Kasus LGBT yang kian marak akhir-akhir ini menjadi perhatian banyak pihak. Kota Malang sebagai Kota Pendidikan juga rawan dijadikan sasaran wabah berkumpulnya kelompok yang di Indonesia masih dinilai tabu tersebut.
Terlebih, Kota Malang memiliki banyak perguruan tinggi. Anggota DPRD Kota Malang, Bambang Triyoso, menilai, kerawanan mewabahnya LGBT di kalangan kampus cukup komplek.
“Untuk kalangan kampus, penyikapannya juga cukup komplek, masyarakat harus terlibat. Artinya, pemilik kos juga wajib melakukan kontrol terhadap mahasiswa yang ngekos di situ,” ungkap anggota Komisi B ini.
Selain itu, di lingkungan kampus, semua pihak baik dosen maupun pejabat struktural di kampus tersebut juga harus ikut mengantisipasi. Dikatakannya, kampus harus memiliki program keagamaan lebih intensif sebagai upaya pencegahan.
Sebab, lanjut dia, satu-satunya instrumen efektif menangkal mewabahnya LGBT adalah penguatan keagamaan. “Saya pernah mengalami tidak kenal agama, kemudian kenal agama jadi ada perubahan luar biasa,” imbuhnya.
Politisi PKS itu menambahkan, ada tanda tanya besar terkait efektivitas pendidikan agama yang dilakukan sejak SD. Menurutnya, roh penanaman agama itu tak tersampaikan, hanya terbatas label saja, sehingga belum terinternalisasi dalam sikap sehari-hari.
“Ini suatu yang sangat menyedihkan, di Malang kita sebagai masyarakat religi ternyata LGBT juga marak, padahal ini sangat bertentangan dengan norma apa pun, ini pelanggaran fitrah manusia,” pungkasnya.