MALANGVOICE – Penguatan keamanan data di perguruan tinggi menjadi sorotan dalam forum “Redefining the Future Campus: Establishing Digital Assurance in the Hyper-Connected Era” yang digelar di Ballroom Grand Mercure Malang, Kamis (11/12).
Acara ini mempertemukan puluhan perwakilan kampus dari berbagai daerah di Jawa Timur untuk membahas ancaman siber serta arah pengembangan smart campus yang lebih aman dan berkelanjutan.
Forum dimulai pukul 10.00 WIB dengan sesi registrasi, sambutan, penyampaian materi, dan ditutup networking bersama pelaku industri. Sejumlah pakar hadir sebagai narasumber, seperti Baskoro Adi Pratomo, Dr. Raden Arief Setyawan, I Gede Putu Rahman Desyanta, serta Rektor UIN Malang, Prof. Ilfi Nur Diana.
Netzme Buka Sentra QRIS UMKM Kedua di Malang, Perkuat Laju Digitalisasi Usaha Lokal
Project Manager CV Cahaya Mustika, Danar Wicaksono, menyoroti percepatan digital di kampus yang belum diikuti kesiapan keamanan data. Ia menyebut banyak kampus masih berfokus pada layanan digital, tetapi belum memikirkan perlindungan menyeluruh terhadap datanya.
“Banyak kampus sudah bergerak cepat dalam digitalisasi, tapi langkah pengamanan belum sejalan. Ini yang harus dikejar bersama,” ujar Danar.
Ia menambahkan risiko serangan siber kini jauh lebih variatif. “Bukan cuma kebocoran data. Manipulasi, pemalsuan, sampai pencurian identitas digital sudah mulai muncul. Itu yang harus diantisipasi,” lanjutnya.
Menurut Danar, tingkat digitalisasi kampus di Jawa Timur telah mencapai sekitar 70 persen, namun masih ada celah pada pengelolaan data akademik, sistem presensi, dan dokumen digital.
Forum juga membahas penerapan blockchain. Teknologi ini dinilai mampu menjamin keaslian identitas dan dokumen akademik. Cahaya Mustika yang bekerja sama dengan Baliola mendorong kampus mulai mengadopsi blockchain untuk kebutuhan administrasi dan legalitas data.
“Blockchain membuat dokumen tidak bisa diutak-atik. Ijazah dan sertifikat menjadi jauh lebih aman,” kata Danar. Ia menegaskan bahwa teknologi ini bukan tren semata. “Selama kampus memahami governance-nya, blockchain bisa jadi pondasi penting keamanan digital.”
Selain paparan materi, peserta juga melihat demonstrasi smart campus, mencakup sistem keamanan berbasis AI, akses kontrol, ruang kelas pintar, dan integrasi IoT. Narasumber Baskoro Adi Pratomo menyebut smart campus masa kini membutuhkan arsitektur keamanan yang benar-benar dipikirkan sejak awal.
Dalam sesi materinya menyampaikan bahwa model pembelajaran modern yang serba digital membutuhkan fondasi keamanan yang kuat agar kampus dapat menjaga privasi dan keaslian data mahasiswanya.
Di sisi lain, forum ini juga jadi kesempatan bagi Cahaya Mustika memperkenalkan transformasi bisnisnya. Awalnya dikenal sebagai penyedia furnitur, perusahaan asal Malang itu kini menjadi integrator solusi digital kampus.
“Kampus hari ini tidak bisa hanya beli perangkat. Mereka butuh sistem yang menyatu dan aman. Itulah kenapa kami berubah arah,” jelas Danar. Ia menyebut kebutuhan perguruan tinggi saat ini jauh lebih kompleks dibanding beberapa tahun lalu. “Dari AI sampai blockchain, semuanya harus terhubung dan aman.”
Saat ini, Cahaya Mustika tengah mengerjakan beberapa proyek digitalisasi kampus, termasuk bersama Universitas Brawijaya.
Forum ditutup dengan sesi networking yang mempertemukan akademisi dan pelaku industri. Penyelenggara berharap forum ini membuka jalur kolaborasi baru, khususnya dalam penguatan keamanan data dan implementasi smart campus berbasis teknologi.
Acara ini diharapkan menjadi langkah awal penguatan arsitektur keamanan digital di perguruan tinggi Jawa Timur dan percepatan transisi menuju lingkungan pendidikan yang lebih cerdas dan aman.(der)