Pelatihan K3L di Polinema, Tegaskan Komitmen Wujudkan Kampus Aman dan Siaga

MALANGVOICE- Politeknik Negeri Malang (Polinema) menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (K3L) selama tiga hari di Ruang Rapat Pimpinan Gedung AA Lantai 2. Pelatihan ini diadakan untuk meningkatkan pemahaman, budaya keselamatan, serta kesiapsiagaan seluruh civitas akademika dalam menghadapi potensi bahaya di lingkungan kampus.

Kegiatan dibuka pada Senin (17/11) oleh Direktur Polinema, Ir. Supriatna Adhisuwignjo, S.T., M.T., dan diikuti oleh peserta dari berbagai unit di Polinema.

Dalam sambutannya, Direktur Polinema menegaskan pentingnya penerapan standar K3 di kampus vokasi seperti Polinema.

Kurir Sabu Ditangkap Basah Polisi Usai ‘Meranjau’ di Cengger Ayam

Polinema. (Istimewa)

“Kegiatan praktik di laboratorium, bengkel, dan lingkungan kampus menuntut adanya sistem yang benar-benar melindungi civitas akademika. Kita harus punya regulasi K3, tim ahli K3, dan pedoman yang jelas. Tahun depan kami targetkan Polinema sudah memiliki P2K3 versi kampus yang resmi, sehingga kita benar-benar menjadi lingkungan pendidikan yang aman dan sesuai regulasi,” kata Supriatna.

Hari Pertama — Regulasi K3, Audit, dan Implementasi di Industri

Sesi pertama menghadirkan narasumber dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur, Hendrawan Dendy Santoso, ST., M.S.A., yang memaparkan materi terkait regulasi penting K3 seperti UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, hingga ketentuan unit penanggulangan kebakaran. Materi mencakup:

Jenis kerugian akibat kecelakaan kerja, baik kerugian yang tampak (korban luka, kematian, biaya pengobatan) maupun kerugian tidak tampak (citra perusahaan, tuntutan hukum, downtime produktivitas),
Tahapan manajemen risiko, mulai dari identifikasi bahaya, penilaian risiko, hingga penentuan pengendalian,
Contoh kasus kecelakaan kerja serta langkah penanganannya, Fishbone analysis, hierarki pengendalian (eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, administratif, hingga APD), Budaya K3 dengan empat tingkat—reaktif, dependent, independent, hingga interdependent.

Pada sesi kedua, Fegi Yuliandri, Asisten Manajer K3 PT Petrokimia Gresik, menjelaskan implementasi K3 di industri kimia. Ia menekankan bahwa K3 merupakan “pondasi rumah” yang terdiri dari aspek moral, ekonomi, legal, dan continuous improvement.

“Dasar praktik K3 memang peraturan dan kebijakan,” ujarnya. “Tapi sebelum bicara aturan, fondasi utamanya tetap moral. Karena kita manusia, moral dan tata krama itu berada di atas peraturan dan menjadi landasan keselamatan.”

Peserta juga mendapatkan gambaran struktur SMK3 yang mengacu pada ILO-OSH 2001, ISO 45001:2018, dan PP No. 50 Tahun 2012, serta praktik inovasi K3 seperti penggunaan CCTV berbasis AI dan drone monitoring yang telah diterapkan di PT Petrokimia sendiri.

Hari kedua dibuka dengan materi oleh Dwi Hermawan P., S.STP, Kepala Bidang Rehabilitasi & Rekonstruksi BPBD Kota Malang.

Peserta mempelajari mitigasi bencana kampus, termasuk:

Langkah penyelamatan diri saat gempa,
Manajemen risiko hidrometeorologi (banjir, longsor, puting beliung),
Konsep kampus tangguh,
Pentingnya titik kumpul dan prosedur evakuasi.

Materi dilanjutkan oleh Pandu Rizki Darmawan, S.STP, Kepala UPT Pemadam Kebakaran Kota Malang, yang membahas pencegahan kebakaran, klasifikasi api (A, B, C, D, K), bahaya asap CO, serta teknik pemadaman menggunakan APAR.

Peserta kemudian mengikuti simulasi lapangan, mempraktikkan pemadaman api menggunakan metode tradisional (karung basah) dan APAR, serta mencoba sistem pemadaman menggunakan unit mobil pemadam kebakaran.

Materi hari ketiga disampaikan oleh Lilik Suharti, S.Kep.Ns. dari Dinas Kesehatan Kota Malang, yang membahas pertolongan pertama di tempat kerja, termasuk:

Penanganan serangan jantung dan prosedur RJP, Penanganan korban tenggelam,
Tindakan untuk luka bakar, gigitan ular, dan luka akibat benda tajam,
Penggunaan APD medis, Teknik memindahkan korban ke tandu.

Di sesi praktik, peserta mencoba membalut luka, membidai cedera tulang, hingga teknik memindahkan korban pingsan secara aman.

Kegiatan kemudian ditutup dengan sesi tanya jawab dan foto bersama.

Melalui pelatihan ini, Polinema menegaskan komitmennya dalam membangun budaya K3 yang kuat dan berkelanjutan, di mana seluruh civitas akademika ikut berperan aktif dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan tanggap bencana.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait