Ciptakan Benih Unggulan Secara Mandiri, Petani Dibekali Kemampuan Kultur Jaringan

MALANGVOICE– Sektor pertanian terus dipacu mengingat sektor ini menjadi tulung punggung perekonomian Kota Batu. Perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian tidak hanya fokus pada perlindungan lahan, namun juga menggenjot kualitas produk pertanian. Salah satunya dengan memberikan bimbingan teknis (bimtek) untuk menciptakan bibit unggulan lewat penerapan teknologi kultur jaringan.

Pemkot Batu di bawah kepemimpinan Nurochman-Heli Suyanto menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu prioritas yang dituangkan dalam gagasan besar Nawa Bhakti. Guna mewujudkan Kota Batu sebagai sentra agro-kreatif yang modern dan mandiri. Sejalan dengan hal itu, sektor pertanian harus bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi, jangan lagi terjebak pada paradigma yang masih konvensional.

“Petani hari ini harus bisa beradaptasi dengan teknologi. Salah satunya kultur jaringan. Ini bukan hal baru, tapi sekarang saatnya kita manfaatkan secara serius agar Kota Batu bisa menghasilkan benih unggul sendiri tanpa harus bergantung dari luar daerah,” tegas Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto.

Menurutnya, teknologi kultur jaringan menjadi kunci bagi petani untuk memperbanyak benih unggul, dengan kualitas seragam dan produktivitas tinggi. Metode ini cocok diterapkan di Kota Batu yang punya potensi besar di bidang hortikultura, tanaman pangan, hingga tanaman hias.

Saat ini, sekitar 65 persen warga Kota Batu menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Karena itu, peningkatan kapasitas petani menjadi langkah strategis, untuk memperkuat pondasi ekonomi daerah yang selama ini bertumpu pada hasil bumi. Heli juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Antara pemerintah, lembaga riset, perguruan tinggi, hingga pelaku swasta.

“Kita perlu bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk BRIN dan perguruan tinggi, agar pengembangan varietas unggul bisa dipercepat dan produk pertanian Kota Batu bisa menembus pasar ekspor,” ujarnya.

Kota Batu sendiri dikenal sebagai salah satu lumbung hortikultura Jawa Timur. Tercatat ada sekitar 25 jenis komoditas buah dan 26 jenis sayuran yang dibudidayakan di sejumlah klaster pertanian. Diantaranya di wilayah Sumberbrantas, Tulungrejo, Gunungsari dan Dadaprejo — yang terkenal sebagai penghasil apel, sayur mayur, hingga bunga potong berkualitas tinggi.

Dalam kegiatan bimtek tersebut, Pemkot Batu menghadirkan sejumlah narasumber berpengalaman. Di antaranya Suhandriyo dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Dr. Dita Agisimanto dari Pusat Riset Hortikultura BRIN, serta Dr. Nuri Eka Palupi dari Balai Riset dan Mutu Produk (BRMP) Jestro Kota Batu.

Para narasumber memberikan paparan seputar teknik dasar kultur jaringan, cara menjaga kemurnian varietas, hingga peluang pengembangan produk pertanian berbasis inovasi riset. Harapannya, setelah pelatihan ini, para petani bisa mempraktikkan teknologi tersebut di lahan masing-masing.

“Dengan kultur jaringan, kita bisa memperbanyak bibit unggul dengan kualitas yang seragam dan waktu yang lebih singkat. Kalau ini diterapkan secara luas, Batu bisa mandiri benih sekaligus meningkatkan daya saing produk pertanian,” jelas Heli.

Langkah ini sejalan dengan arah pembangunan Kota Batu yang mengedepankan konsep pertanian modern berbasis inovasi dan riset. Bukan hanya mengejar kuantitas panen, tapi juga kualitas hasil dan nilai tambah ekonomi bagi petani.

“Dengan penguatan teknologi kultur jaringan, Kota Batu tak hanya ingin dikenal sebagai kota wisata alam, tapi juga sebagai agro city yang mampu menjadi laboratorium hidup pengembangan pertanian modern di Jawa Timur,” tandas dia.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait