Bahas Kerja Sama Pengembangan Sektor Pertanian Modern dan Inklusif

MALANGVOICE– Sektor pertanian termasuk andalan Kota Batu dalam menopang pertumbuhan ekonomi, di samping sektor pariwisata. Apalagi, mayoritas masyarakat Kota Batu bermata pencaharian sebagai petani.

Pemkot Batu di masa kepimpinan Nurochman-Heli Suyanto agar produk pertanian dapat berkelanjutan dan berkembang menjadi industri yang berdaya saing global.

Nurochman-Heli Suyanto menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu program prioritas yang dituangkan dalam Nawa Bhakti. Terobosan berupa pengembangan smarted and integrated farming dicetuskan. Melalui program tersebut, pihaknya ingin membangun suatu pola pertanian lebih modern berbasis teknologi mutakhir. Sehingga produknya dapat dipasarkan secara luas hingga mancanegara.

Harapan untuk menjadikan pertanian lebih maju dan modern semakin mendekati kenyataan. Hal ini ditandai dengan kunjungan delegasi Westland City, Belanda yang dipimpin Senior Manager International & Economic, Ivo Meijer ke Kota Batu beberapa waktu lalu. Kunjungan ini menandai langkah awal kolaborasi strategis antara kedua kota dengan fokus utama pada pengembangan sektor pertanian modern dan inklusif.

“Kami sangat terbuka untuk berbagi pengetahuan dan teknologi pertanian modern dengan Gementee (Kota) Westland. Dengan sumber daya alam yang melimpah dan iklim yang mendukung, kami meyakini Batu memiliki potensi besar menjadi pusat pertanian berbasis inovasi di Indonesia,” kata Wali Kota Batu, Nurochman.

Kunjungan balasan delegasi Belanda ke Kota Batu merupakan tindak lanjut kerja sama Misi Dagang Belanda-Indonesia yang digelar di Jakarta beberapa waktu lalu. Pemkot Batu dan delegasi Westland membahas potensi kerja sama. Kedua pihak memiliki pandangan yang sama terkait pengembangan sektor pertanian modern dan inklusif melalui pemanfaatan teknologi pertanian. Selain itu mereka juga membahas pengelolaan hasil bumi berkelanjutan, serta peningkatan kapasitas petani lokal Kota Batu.

“Kota Westland dikenal sebagai salah satu pusat agrikultur terdepan di Eropa, dan Pemkot Batu berencana melakukan kolaborasi strategis. Kami mengajak pihak Belanda untuk menjalin kemitraan di beberapa area prioritas, seperti pengembangan varietas unggul, sistem pertanian terlindungi, teknologi pemulihan lahan hingga pelatihan bagi petani,” terang Cak Nur, sapaan Nurochman.

Rencananya, kolaborasi ini akan diwujudkan melalui program pelatihan petani, pengembangan pertanian hidroponik dan smart farming, serta pertukaran delegasi untuk studi banding. Selain itu, kedua kota juga akan menjajaki kemungkinan investasi di sektor agroindustri dan pemasaran produk pertanian secara global. Dalam pertemuan di Jakarta lalu, Cak Nur telah memaparkan presentasi bertajuk ‘Kota Batu: The Highland of Opportunity’. Dia menyampaikan potensi besar Kota Batu sebagai salah satu sentra hortikultura unggulan di Indonesia.

“Berada di dataran tinggi antara 900–2.000 mdpl dan didukung oleh lebih dari 250 mata air alami, Kota Batu memiliki iklim ideal untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura berkualitas tinggi,” tuturnya.

Beberapa komoditas unggulan seperti jeruk, apel, pakcoy, wortel dan diproduksi dalam skala besar dengan cakupan distribusi hingga ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Bahkan, sebagian besar pasokan hortikultura untuk Indonesia bagian tengah dan timur dari Kota Batu.

Misi ekonomi ini bertujuan untuk memperluas jaringan kerja sama, terutama dalam penguasaan teknologi pertanian seperti farming dan greenhouse, serta transfer pengetahuan bagi petani muda melalui program corporate social responsibility (CSR). Dalam paparannya, Wali Kota menggarisbawahi pentingnya transformasi melalui teknologi dan kolaborasi. Salah satunya melalui inisiatif CooSAE (Cooperative of Smart Agriculture Ecosystem), wadah pemberdayaan petani muda berbasis jaringan sosial dan inovasi teknologi.

“Dalam forum ini, banyak hal dan manfaat dalam diskusi yang luar biasa pada sektor pertanian terutama untuk Kota Batu. Tentunya kita akan bawa ke Kota Batu, bagaimana kemudian smart farming yang menjadi pertanian masa depan supaya petani muda tertarik untuk terus bertani di Kota Batu,” paparnya.

Jajaran Kepala OPD di lingkungan Pemkot Batu juga mengajak delegasi Westland berkunjung ke Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji. Di desa ini mereka meninjau langsung pengelolaan pertanian menjadi agro industri, dalam hal ini berbentuk kafe berlatar belakang pertanian. Selain itu rombongan juga meninjau potensi pertanian wortel di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji.

Cak Nur menegaskan, Pemkot Batu memiliki komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan sektor pertanian. Selama ini pemkot telah bersinergi dengan petani agar dapat menjadi pelopor dalam industri pertanian secara berkelanjutan. Untuk itu pemkot membuat langkah strategis untuk memperluas jejaring kemitraan internasional agar produksi pertanian agar bisa merambah pasar ekspor.

Adapun langkah strategis dilakukan pemkot dengan menjajaki peluang kerja sama di sektor hortikultura dengan perusahaan dan institusi dari Negara Belanda. Sebagai langkah awal pemkot telah menggelar pertemuan dengan tim dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Indonesia, serta Wakil Menteri Urusan Ekonomi Luar Negeri Belanda, Michiel Sweers.

“Lebih dari 70 perusahaan Belanda dari sektor hortikultura dan maritim turut dalam pertemuan dengan Pemkot Batu, termasuk 28 perusahaan dan lembaga yang secara khusus fokus pada pengembangan hortikultura berkelanjutan,” kata politisi PKB itu.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait