MALANGVOICE – Peringati Hari Wayang Nasional 2021, Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu menggelar pagelaran wayang kulit, Sabtu (28/11) malam.
Gelaran tradisional diselenggarakan di Hotel Arjuna, Selecta dengan menceritakan lakon “Laire Gathutkaca”. Istimewanya, Disparta Kota Batu menampilkan dalang cilik dari Sanggar Seni Karawitan dan Pedhalangan Kridha Manggala Laras (KML) Kota Batu.
Kepala Disparta Kota Batu, Arief As Siddiq, mengatakan, sengaja menampilkan dalang cilik dalam gelaran wayang itu. Tujuannya adalah membentuk jiwa cinta seni tradisional wayang kepada anak-anak.
“Perlu ada regenerasi berkelanjutan agar wayang kulit yang syarat dengan nilai adiluhung tak tergerus oleh zaman. Makanya kami bina secara kelembagaan dan membina generasi muda,” kata Arief.
Arief menyatakan, seni wayang harus diajarkan anak usia dini. Tujuannya agar anak-anak ini paham dan mencintai budaya negeri sendiri ketimbang budaya asing.
Menanamkan kecintaan budaya lokal dengan seni tradisi merupakan salah satu komitmen pemerintah daerah. Apalagi perwayangan banyak kisah dan cerita yang banyak memberikan pesan moral kehidupan manusia.
“Keteladanan dari dunia pewayangan ini sangat penting untuk membangun karakter dan pilar peradaban bangsa serta perekat kebinekaan. Wayang tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga media menyalurkan pemikiran dan ketaladan lewat setiap pergelaran atau pementasan,” urai Arief.
Seni tradisi wayang kulit ini juga sebagai komitmen Disparta Kota Batu untuk menghadirkan destinasi budaya. Apalagi, lanjut Arief, di Kota Batu terdapat Gunung Arjuno yang secara topomini sangat identik dengan lakon pewayangan.
“Kota Batu sebagai bagian dari Indonesia tentu harus mewujudkan keanekaragaman budaya bangsa. Makanya kami berkomitmen menjadikan wayang kulit sebagai destinasi wisata utama,” jelasnya.
Lakon ‘Laire Gathutkaca’ yang dipentaskan dalam acara tersebut menceritakan, kelahiran putra kedua Raden Werkodara dengan Dewi Arimbi. Gathutkaca terlahir dengan segala kekuatan yang terkadung pada dirinya. Atas anugrah dewata kelahiran Gathutkaca disempurnakan dengan “dijedhi” di kawah Candradimuka bersama dengan pusaka – pusaka kahyangan.
Ia dipersiapkan oleh dewa untuk melawan angkara murkaan dari Raja Gilingwesi, Prabu Kala Pracona bersama Patih Sekipu yang akan mengacaukan kahyangan dan berniat melamar Bathari Supraba.
Gathutkaca merupakan simbol golongan muda yang turut berjuang untuk memerdekakan bangsanya. Sebagai generasi muda, sudah sepantasnya mencontoh pada kegigihan Raden Gathutkaca yang sangat memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain hal tersebut, juga harus memiliki budi pekerti luhur yang menjunjung tinggi harkat martabat keluarga dan nusa bangsa.Dengan spirit dan kegigihan yang tercermin pada diri Raden Gathutkaca, dalam Hari Wayang Nasional 2021 ini menggugah semangat para pemuda bangsa untuk “sengkut gumregut” membangun bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukan selama masa pandemi Covid-19.(der)