Terhimpit Dua Sungai, 607 Hektare Wilayah Kota Malang Rawan Longsor

Wali Kota Malang, Sutiaji saat diwawancarai awak media, (Bagus/Mvoice).

MALANGVOICE – Kota Malang terhimpit dua sungai Brantas dan Bango. Hal itu membuat setidaknya ada sekitar 607 Hektar wilayah Kota Malang yang rawan terjadi longsor.

“Wilayah (Kota Malang) berhimpitan dengan dua sungai Brantas dan Bango kisaran 607 hektar yang berhimpitan dengan sungai dan itu rawan longsor,” ujar Wali Kota Malang, Sutiaji, Senin (25/10).

Dari situ, melihat intensitas curah hujan mulai meningkat, pihaknya bersama dengan BPBD Kota Malang, TNI-POLRI dan PSC Kota Malang akan menguatkan kesiapsiagaan bencana.

“Jadi intensitas (Hujan) kenaikannya sampai 70 persen. November 2021 sampai Januari 2022 diprediksi besar-besarnya. Maka antisipasinya hari ini kita lakukan kesiapsiagaan secara menyeluruh,” ujarnya, Senin (25/10).

Sebenarnya untuk menangani permasalahan bencana baik longsor, banjir hingga pohon tumbang, dikatakan Sutiaji salah satunya perlu ada kesadaran dari berbagai pihak untuk mentaati regulasi yang telah disediakan Pemerintah Daerah (Pemda) Masing-masing.

Menurutnya, Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah Kota Malang saat ini mulai mengalami penurunan, karena lahan yang seharusnya digunakan untuk kawasan RTH dialih fungsikan dengan didirikan bangunan.

“Wilayah-wilayah yang seharusnya tidak ada bangunan didirikan bangunan. RTH kita habis. Kita itu RTH publik kan 20 persen sekarang kita gak sampai 10 persen karena RTH kita dulu sekarang jadi rumah-rumah,” terang Sutiaji.

Selain itu, kedisiplinan masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya juga masih rendah. Hal itu terlihat dari banyaknya sampah yang menyumbat drainase.

“Kalau pendangkalan bisa dikeruk, tapi ada juga penyempitan sungai. Ini tugasnya BPBD, DPUPR dan DLH Kota Malang untuk melakukan pengerukan,” ucap dia.

Sebetulnya, pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Malang telah mengajukan proyek drainase diwilayah rawan banjir senilai Rp 124 milyar kepada Pemprov Jatim. Namun lantaran ada refokusing untuk Covid-19, proyek tersebut gagal dianggarkan.

“Kemarin saya sudah minta, karena ini wilayah provinsi, di wilayah Jalan Borobudur itu harus dibuat sudetan ke Sungai Brantas. Sudah dianggarkan oleh provinsi Rp 124 milyar, tapi kena Covid-19 itu direfokusing,” bebernya.

“Kalau itu selesai (tetealisasi), maka Lowokwaru, Tulusrejo, Kedawung, Letjen Sutoyo hingga Glintung itu sudah teratasi,” imbuhnya.(der)