MALANGVOICE – Pada tahun kemarin, hutan di Indonesia mengalami kebakaran dan kabut asap menyebabkan dampak ekonomi negatif yang signifikan. Padahal, Indonesia menjadi penyumbang terbesar kadar oksigen dunia yang kemudian sering disebut menjadi paru-paru dunia.
Dengan demikian mahasiswa Program Studi Teknik Informatika UMM membuat sistem pintar atau teknologi yang bernama Integrated Forest Fire Management Sistem, alat yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk mendeteksi kebakaran hutan.
“Jadi, alat ini memanfaatkan sensor LM35 dan sensor Flame menggunakan Artificial Intelligence sebagai pemroses data,” ujar Ketua Kelompok, Billy Aprilio.
Inovasi yang dibimbing dosen Fakultas Teknik, Nur Hayatin ini digadang mampu mengurangi perluasan dampak kebakaran.
Ia menjelaskan, jika terjadi kebakaran, maka sensor akan mendeteksi secara otomatis. Selanjutnya, sistem akan memberikan perintah untuk memompa air untuk disemprotkan ke titik terjadinya kebakaran.
“Air didapatkan dari pembuatan penampungan air embun alami dengan menggunakan pemanen embun menggunakan jaring atau fog harvesting,” bebernya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan alat ini menyemprotkan air pada periode waktu tertentu yang kemudian akan dilakukan pengecekan ulang terhadap suhu sekitar. Jika dinilai masih terdeteksi suhu tinggi, maka penyemprot akan diaktifkan kembali.
Hanya saja, apabila sensor mendeteksi kebakaran hutan tingkat tinggi, maka sistem secara otomatis akan mengirimkan sinyal tempat kebakaran pada komputer pusat.
“Nah, dengan ini tidak akan terjadi kebakaran yang jauh lebih besar,” singkatnya.
Langkah selanjutnya, hasil dari Fog Harvesting tersebut akan disalurkan ke tangki air (water tank) sebagai tempat penampungan. Kemudian untuk power supplay, mahasiswa ini menggunakan panel surya untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber daya utama yang diaplikasikan pada pompa penyemprot air.
“Alat ini diharapkan akan meminimalisirkan terjadinya kebakaran hutan besar di Indonesia,” tandasnya. (Der/Ulm)