MALANGVOICE – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang menggelar Pelatihan Cek Fakta Serentak di Kedai Kalimetro, Kota Malang, Sabtu (23/11) dan Minggu (24/11). Pelatihan ini diikuti sekitar 20 jurnalis dari Malang dan daerah sekitarnya.
Ketua AJI Malang, Mohammad Zainuddin mengatakan, pelatihan ini mempelajari berbagai tools Google dan tools yang tersedia di internet dan bisa dimanfaatkan untuk mengecek kebenaran informasi di dunia maya.
Sebab, jurnalis termasuk profesi yang selalu bergelut dengan informasi, termasuk informasi di dunia maya, baik dalam bentuk berita, video, maupun foto. Sebelum menyebarkan informasi ke publik, wartawan harus memastikan informasi itu tidak hoaks alias kabar palsu
“Era banjir informasi menjadi tantangan bagi wartawan untuk menyajikan informasi yang valid. Apalagi sekarang banyak informasi hoaks yang tersebar di media sosial,” kata Zainuddin.
Melalui pelatihan ini, lanjut dia, wartawan diharapkan mampu menyajikan informasi yang valid dan terlibat memerangi hoaks.
“Bahkan wartawan sebagai individu pun harus ikut memerangi informasi hoaks,” tambahnya.
Materi yang diberikan dalam pelatihan ini meliputi teknik mendeteksi informasi palsu, selain bagaimana berselancar di dunia digital yang sehat dan aman. Salah satu tujuan kegiatan ini, media mampu memverifikasi informasi yang beredar di dunia digital, khususnya media sosial.
Sementara itu, Ketua Umum AJI Abdul Manan mengatakan kegiatan ini dilatarbelakangi oleh fenomena banyak dan cepatnya penyebaran informasi di era digital, terutama melalui media sosial.
Muatan dari informasi itu beragam, mulai dari informasi yang bermanfaat dan dibutuhkan publik hingga informasi palsu (hoaks), disinformasi, atau kabar bohong.
Penyebaran informasi palsu berupa teks, foto hingga video itu memiliki tujuan beragam. Ada yang sekedar untuk lelucon, tapi ada juga yang mengandung kepentingan politik atau ekonomi.
“Yang merisaukan, hoaks ini menyebar sangat mudah cepat di sosial media. Tidak sedikit publik yang serta merta mempercayainya,” kata Manan.
Bukan hanya publik yang mempercayai dan menyebarluaskan informasi palsu tersebut. Terkadang media pun turut mendistribusikannya. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain, karena ketidaktahuan, sekadar ingin menyampaikan ‘informasi’ secara cepat, atau sengaja untuk tujuan-tujuan tertentu.
Mudahnya penyebaran informasi palsu itu dipicu oleh banyak sebab, termasuk karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang apa itu informasi palsu dan bagaimana cara mendeteksinya. Secara keseluruhan, Pelatihan Cek Fakta yang didukung Internews dan Google News Initiative digelar secara serentak di 23 kota, salah satunya di Kota Malang. (Der/Ulm)