MALANGVOICE – Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Malang bakal menggeliatkan wirausaha bagi mantan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ada di wilayah Kabupaten Malang.
Kepala Disnaker Kabupaten Malang, Yoyok Wardoyo mengatakan, pihaknya bersama Dinas Koperasi dan UMKM setempat akan membentuk sebuah kelompok di setiap kecamatan bagi mantan TKI.
“Kelompok itu nantinya yang akan menjadi sebuah embrio organisasi atau yayasan yang memiliki badan hukum dengan syarat harus berjumlah 50 orang,” ungkapnya.
Akan tetapi, lanjut Yoyok, kelompok tersebut akan dipimpin oleh mantan TKI yang sudah mandiri atau memiliki usaha.
“Anggota dari kelompok itu akan dipilih oleh pemimpin (leader) yang telah memiliki usaha. Arahnya nanti agar para purna TKI bisa berwirusaha. Anggotanya para purna TKI yang belum memiliki usaha sendri,” jelasnya.
Setelah itu, tambah Yoyok, kelompok tersebut membuat proposal pelatihan yang diajukan ke Dinas Koperasi dan UMKM. Selanjutnya, Dinas Koperasi dan UMKM tersebut, akan memberikan pelatihan sesuai dengan permintaan dari para peserta pelatihan.
“Jadi nanti di sini ada sinergitas dua dinas. Menggiatkan UMKM dan dibekali dengan kemampuan. Yang melatih dari Dinas Koperasi. Sesuai dengan potensi di masing-masing daerah,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Dinas Koperasi dan UMKM setempat, Heri Yulianto, menjelaskan, mereka baru akan bergerak jika kelompok usaha dari mantan pekerja migran sudah terbentuk. Selanjutnya, baru akan diisi sesuai dengan jenis pelatihan yang dibutuhkan.
“Kami memberikan pelatihan kepada masyarakat yang sama sekali belum memiliki usaha. Tahun ini ada kuota 90 pelatihan,” tegasnya.
Disisi lain, mantan pekerja migran yang hadir dalam rapat tersebut, Suhartini, mengapresiasi positif langkah Disnaker tersebut. Hal itu ia yakini dapat meningkatkan taraf hidup para purna TKI. Pasalnya, selama ini pasca pulang dari luar negeri, mereka justru mendapatkan masalah baru, yaitu menjadi pengangguran.
“Jarang yang punya usaha. Kebanyakan uangnya digunakan untuk membangun atau renovasi rumah. Jadi banyak yang jadi pengangguran. Kalau begini kan enak, ada usaha, diajari juga. Jadi lebih menjanjikan,” tegas perempuan yang bertahun-tahun bekerja di Taiwan dan baru pulang 2009 lalu. (Hmz/Ulm)