MALANGVOICE – Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) ciptakan teknologi portabel penangkap hama. Teknologi ini sebagai salah satu upaya peningkatan hasil panen bawang merah di Indonesia.
Tim yang diketuai Yusuf Aji Wicaksono ini mengungkapkan, hasil pertanian bawang merah mengalami penurunan sebesar 2,64 persen. Sebelumnya mencapai 87,19 ribu hektare pada tahun 2016, hanya menjadi 84,89 ribu hektare pada kurun waktu Januari – Juli 2017.
“Penyebab berkurangnya jumlah panen tersebut salah satunya karena penanganan hama yang kurang efektif sehingga hama bebas menyerang. Metode yang digunakan terbilang metode lama yang kurang efisien membuat petani mendapati hasil panen kurang berkualitas dan memuaskan,” paar Yusuf kepada Mvoice.
Tim ini menciptakan Moat atau Moth Attractor Technology yang mampu menyala otomatis pada jam-jam hama mulai menyerang. Tim mengaplikasikan alat ini di Desa Sumberbulu, Kecamatan Tegalsiwalan, Probolinggo.
“Alat ini juga didesain portabel dan rechargeable jadi mampu ditaruh pindahkan sesuai keinginan juga baterai yang bisa di charge ulang sehingga pemakaian dapat tahan lama,” katanya.
Penggunaan Moat terbilang mudah. Petani cukup menaruh alat sesuai dengan daerah dimana hama sering muncul dan berkerumun, lalu menghidupkan Moat dan ditinggal untuk istirahat. Keesokan harinya hama bisa diambil. Kemudian alat dicharge ulang kemudian digunakan seperti sebelumnya hingga masa panen tiba.
Perawatanya juga sederhana. Petani hanya diharuskan membersihkan sisa hama dan lem yang menempel pada alat, dicharge setiap hari agar baterai selalu terisi penuh, dilarang mengguncangkan alat agar komponen di dalam tetap stabil dan aman, juga melakukan pengecekan secara berkala kondisi komponen elektronikanya selama 2 pekan sekali.
Dengan Moat, tim diharapkan lolos dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan mampu melaju pada PIMNAS 31 yang akan digelar di Yogyakarta.(Der/Aka)