6 SPPG Beroperasi Layani 16 Ribu Pelajar Kota Batu

MALANGVOICE– Ada sebanyak 16.800 pelajar jenjang TK hingga SMA di Kota Batu yang masuk dalam daftar penerima manfaat program makan bergizi.

Menu makan bergizi gratis diproduksi didistribusikan oleh enam Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di tiga kecamatan, yakni Junrejo, Batu dan Bumiaji. Setiap dapur gizi ini melayani antara 2.000 hingga 3.000 porsi per hari, dengan jangkauan belasan hingga puluhan sekolah.

Sebetulnya ada tujuh unit SPPG yang telah berdiri di Kota Batu. Namun satu dapur umum di Kelurahan Sisir yang dikelola Yayasan Peduli Rakyat Generasi Emas dihentikan operasionalnya oleh Pemkot Batu. Keputusan itu diambil usai ditemukan adanya masakan yang tidak layak konsumsi dan menyebabkan 12 siswa SMPN 01 Kota Batu mengalami mual setelah menyantap hidangan MBG.

Evaluasi SPPG, Pelajar Berhak Menolak Menu MBG Tak Layak Konsumsi

“Begitu ada laporan, kami langsung bergerak cepat. Operasional SPPG-nya kami hentikan sementara untuk evaluasi dan perbaikan,” tegas Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto.

Dengan begitu, kini tersisa enam SPPG yang beroperasi tersebar di tiga kecamatan Kota Batu. Di Kecamatan Junrejo terdapat tiga SPPG yang menjadi penopang utama distribusi makanan bergizi bagi para pelajar. Pertama, SPPG Yayasan Sulaiman Al Hajj Batu di Jalan Ir. Soekarno, Kelurahan Dadaprejo, yang mulai beroperasi sejak 19 Agustus 2025. Setiap hari, dapur ini menyiapkan 3.148 porsi untuk 12 sekolah.

Kedua, SPPG Yayasan Berbagi Kasih Bersama Siswa yang berlokasi di Jalan Duku, Desa Pendem. Mulai aktif sejak 1 September 2025, SPPG ini melayani 2.579 porsi makanan bergizi bagi 21 sekolah. Terakhir, SPPG Yayasan Anak Cerdas Berkualitas Group yang beroperasi di Jalan Alternatif Batu–Malang, Desa Torongrejo. Mulai berjalan pada 29 September 2025, dapur gizi ini menyiapkan 2.773 porsi untuk 31 sekolah setiap harinya.

Di Kecamatan Batu terdapat satu SPPG berlokasi di Jalan Abdul Gani, Kelurahan Ngaglik. Dapur tersebut dikelola oleh Yayasan Oemah Fokus Ngabdi dan mulai beroperasi pada 11 September 2025. Dapur ini melayani 2.683 porsi setiap hari untuk 18 sekolah di wilayah tersebut.

Berikutnya di Kecamatan Bumiaji, terdapat dua SPPG yang sudah melayani kebutuhan makan bergizi para pelajar. Pertama, SPPG Yayasan Santri Nusantara Emas yang berlokasi di Jalan Sumberbrantas, Desa Sumberbrantas. Dapur gizi ini mulai beroperasi sejak 29 September 2025 dan melayani 2.766 porsi setiap hari untuk 21 sekolah di sekitarnya. Kemudian SPPG Yayasan Anak Cerdas Berkualitas Group di Jalan Notodiharjo, Desa Bulukerto. Beroperasi sejak 15 September 2025, SPPG ini menyuplai 2.731 porsi makanan bergizi untuk 32 sekolah.

“Alhamdulillah, sejauh ini programnya berjalan baik. Anak-anak antusias, guru juga mendukung. Ini program bagus untuk meningkatkan gizi dan konsentrasi belajar mereka,” tambah Heli.

Dengan enam dapur gizi yang tersebar di seluruh wilayah, distribusi makanan kini semakin merata. Para petugas di masing-masing SPPG pun terus diawasi agar kualitas makanan tetap terjamin, baik dari sisi gizi maupun kebersihan. Pihaknya memastikan, ke depan Pemkot Batu akan menambah jumlah SPPG agar cakupan penerima manfaat semakin luas.

“Kami terus evaluasi dan berbenah. Ke depan akan ada penambahan SPPG lagi supaya semua sekolah bisa terlayani dengan baik. MBG ini bukan hanya soal makan gratis, tapi tentang menyiapkan generasi muda yang sehat dan cerdas. Karena itu, kami pastikan pengawasan kualitas terus dilakukan,” papar Heli.

Meski telah beroperasi, seluruh dapur penyedia makan bergizi di Kota Batu belum memiliki sertifikat laik higiene sanitasi (SLHS). Fakta ini terungkap usai Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu menggelar pertemuan dengan kepala dapur SPPG..Intervensi ini dilakukan menyusul temuan menu makanan MBG yang basi dan berbau di dua sekolah di Kota Batu pada 25 September 2025.

Kepala Dinkes Kota Batu, Aditya Prasaja, menegaskan pentingnya seluruh SPPG segera memenuhi syarat perizinan tersebut untuk menjamin keamanan pangan bagi siswa. Sertifikat ini merupakan syarat wajib agar proses penyediaan makanan memenuhi standar kebersihan dan mencegah risiko keracunan.

“Kami meminta seluruh pengelola dapur segera mengurus SLHS melalui sistem Online Single Submission (OSS), sesuai tenggat waktu dari Badan Gizi Nasional pada Oktober 2025,” ungkap Aditya.

Selain itu, setiap dapur SPPG diwajibkan menjalani asesmen Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) dan pelatihan penjamah makanan. Para ahli gizi juga akan dibekali pelatihan khusus tentang pemenuhan gizi, pemilihan menu, dan penyimpanan sampel makanan.

“Setiap batch memasak harus memiliki sampel makanan yang disimpan terpisah untuk diuji kelayakannya,” tegas Aditya.

Berita Terkini

Arikel Terkait