3 Temannya Meninggal Dunia saat Tragedi Kanjuruhan, Aremania Asal Probolinggo Takut Pulang

Tragedi Kanjuruhan. (istimewa)

MALANGVOICE – Tragedi Kanjuruhan masih menimbulkan trauma mendalam bagi para suporter Aremania yang lolos dari tragedi Kanjuruhan.

Salah satunya Aremania asal Probolinggo yang memilih tetap berada di area Stadion Kanjuruhan Malang sampai sekarang meski derby Jatim Arema FC versus Persebaya Surabaya berlangsung Sabtu (1/10) lalu.

Remaja yang diketahui bernama Rusdi ini bertahan selama 10 hari, dengan kondisi linglung, terlihat menatap kosong semua orang yang hilir mudik di stadion Kanjuruhan dengan berkaca-kaca, dan ketika diajak komunikasi, lama untuk merespon.

Baca Juga: Datangi Korban Tragedi Kanjuruhan di Wilayah Kedungkandang, Sutiaji Pastikan Pendampingan Psikologis Berjalan

“Kita menemukan dia di sini dan sudah 10 hari ini. Kita sudah menanyai dia, dan sering melamun, makanya juga susah,” kata Awang Karta, salah satu pedagang di Kios yang berbeda dekat Pintu 1 Stadion Kanjuruhan Malang, Selasa (11/10).

Keberadaan Rusdi, lanjut Awang, awalnya tidak menaruh curiga, karena memang banyak orang hilir mudik di kios-kios yang berada di luar Stadion Kanjuruhan.

“Tapi kok setiap hari di sini, dia ada di kios sebelah. Ketika ditanyai, dia mengaku takut pulang, terlebih tiga temannya meninggal dunia saat tragedi itu. Ngakunya berangkat dari Probolinggo berempat sama dia,” jelasnya.

Baca Juga: Datangi Korban Tragedi Kanjuruhan di Wilayah Kedungkandang, Sutiaji Pastikan Pendampingan Psikologis Berjalan

“Ini sekarang masih diusahakan untuk mendatangkan pihak medis yang bisa menangani dia. Kelihatannya terlihat trauma,” tambahnya.

Awang menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Rusdi membeli makanan dari hasil menjual ponselnya.

“Ponselnya dijual, katanya laku Rp800 ribu, sekarang uangnya tinggal Rp 40 ribu. Jadi dia bercerita kalau memang tidak berani pulang, setelah tiga kawannya meninggal dunia,” tegasnya.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, Rusdi ini berusia 17 tahun dan lahir di Desa Kertosuko, Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo.

Data tersebut diketahui di dalam tasnya yang ditemukan selembar surat semacam ijazah, dengan keterangan namanya. Surat itu bertuliskan Surat Tanda Tamat Belajar Raudlatul Athfal (RA) Sunan Ampel.(end)