Peringati Hari Pers Internasional, IJTI Korda Malang Raya Gelar Diskusi Publik dan Donor Darah

Prajurit TNI donor darah pada acara peringatan Hari Pers Internasional yang diadakan IJTI Korda Malang Raya. (istimewa)
Prajurit TNI donor darah pada acara peringatan Hari Pers Internasional yang diadakan IJTI Korda Malang Raya. (istimewa)

MALANGVOICE – Peringati Hari Kebebasan Pers Internasional, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Korda Malang Raya, menggelar donor darah dan diskusi publik, Senin (22/5).

Bertempat di gedung rektorat Unmer Malang, acara itu dihadiri Bupati Malang, Rendra Kresna, yang sekaligus membuka acara. Dalam sambutannya, Rendra mengapresiasi kegiatan yang dilakukan awak pers yang bersifat positif.

“Saya apresiasi langkah teman-teman ini dalam peringati hari kebebasan pers,” katanya.

Acara kemudian berlanjut pada diskusi publik bertema “Kebebasan Pers Untuk Bangsa”. Beberapa pembicara dihadirkan, antara lain Kapolres Malang Kota, AKBP Hoiruddin Hasibuan dan jurnalis senior, Yunanto. Tak lupa, peserta juga dipersilakan mendonorkan darahnya yang sudah bekerjasama dengan PMI Kabupaten Malang.

Ketua IJTI Korda Malang Raya, Edy Cahyono, mengatakan, seluruh rangkaian kegiatan itu dipilih selain peringati hari kebebasan pers juga menjelang Ramadan.

Menurut data dari PMI Kabupaten Malang, meski stok darah pada bulan ramadhan dinilai aman, namun turunnya angka para pendonor di bulan ramadhan membuat stok darah berkurang, padahal target PMI kabupaten malang di bulan ramadhan ini sebanyak 1500 kantong darah dengan berbagai golongan darah.

“Tadi cukup antusias semuanya, mulai TNI-Polri, mahasiswa, dosen dan masyarakat umum mengikuti kegiatan donor darah. Paling tidak sudah banyak kantong darah didapat hari ini,” katanya.

Selain itu, IJTI Korda Malang Raya dalam kesempatan itu mengajak untuk memperjuangkan nilai kebebasan pers. Nilai-nilai tersebut saat ini masih kerap terciderai, kerena minimnya kesadaran masyarakat akan peran pers. Kebebasan pers yang dilindungi oleh undang-undang no.40 tahun 1999, seolah hanya merupakan formalitas sepihak.

Hal itu terbukti bagaimana ancaman bahkan kekerasan terhadap insan pers masih relatif tinggi. Meski demikian, tahun ini posisi Indonesia dalam Indeks Kebebasan pers se-dunia meningkat 6 peringkat. Dari posisi 130 pada 2016 menjadi 124 pada 2017.

Meski begitu masih tingginya angka kekerasan terhadap jurnalis ini sendiri tak bisa dilepaskan dari perilaku pers yang terkadang jauh dari etika jurnalis.Tidak sedikit karya jurnalis masih memiliki konten yang sepihak dan tendesius.

Dalam acara itu juga dimeriahkan dengan pameran foto dari PFI Malang dan materi kewaspadaan terhadap bom dari Batalyon B Pelopor Brimobda Jatim.