Budayawan Melacak Jejak Budaya Malangan

MALANGVOICE – Sinau embongan bertajuk ‘Kapita Selekta Budaya Malangan’ digelar di Galeri Malang Bernyanyi (GMB). Sejumlah budayawan, seperti Raden Rudianto, Rudi Satrio Lelono serta pimpinan paguyuban Bowo Roso, Bondan, larut dalam diskusi melacak dan mengembangkan budaya Malangan ini.

Diskusi Budaya di Galeri Malang Bernyanyi-3Membuka sesi diskusi, Raden Rudianto menekankan, saat ini budaya Jawa, khususnya budaya Malangan, tidak memiliki format yang baku, sehingga masyarakat tidak perlu takut salah atau benar dalam mengeksplorasinya.

“Karena budaya ini memiliki eksotisme tersendiri tanpa perlu takut benar atau salah,” kata Rudianto.

Hal itu diperkuat Bondan. Ia menilai tidak ada budaya khas lokal kedaerahan, karena selalu mix dengan daerah lainnya. Dicontohkan, baju khas Malangan saat ini tidak jelas karena hampir mirip dengan daerah lain, seperti Jombang.

“Sekat wilayah administratif inilah yang membedakan Malangan dan daerah lain, padahal tidak ada yang budaya yang Malang asli karena sudah bercampur,” kata Bondan.

Diskusi Budaya di Galeri Malang Bernyanyi-2Ketua Aji Saka, mengatakan, harus ada peta yang jelas mengenai budaya Malangan agar tidak kabur maknanya. “Periodisasinya yang mana, apakah klasik, pertengahan atau modern, kita harus fokus membahas yang mana,” kata dia.

Ia menambahkan, budaya tidak hanya yang sifatnya klasik, tapi juga harus mengakomodir yang sifatnya modern, sehingga para budayawan dan seniman bisa bijaksana memaknai perubahan zaman.

Sementara itu, budayawan lain, Rudi Satrio Lelono, menekankan pentingnya dokumentasi jejak sejarah budaya. “Kita harus mulai, karena dokumentasi ini penting sebagai bentuk peninggalan kepada para penerus kita,” katanya.