Wisata ke Kota Batu Hanya Perlu Kantongi Rapid Antibodi

Proses rapid test antigen di RS Karsa Husada Kota Batu (Achmad Sulchan An Nauri)

MALANGVOICE – Beberapa waktu lalu berhembus isu wisatawan yang hendak masuk Kota Batu harus mengantongi surat non reaktif rapid antigen. Isu ini berhembus pasalnya Kota Malang memberlakukan kebijakan wajib rapid antigen bagi wisatawan yang menginap. Kebijakan ini diberlakukan dengan menjunjung satu visi antara Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang.

Namun, Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko menampik bahwa wisatawan yang ke Kota Batu harus rapid antigen terlebih dahulu. “Salah itu, rapid antibodi biasa, Malang raya memutuskan rapid test antibodi bukan antigen,” tegasnya, Selasa (22/12).

Dewanti menerangkan bahwa Pemkot Batu tidak mewajibkan rapid antigen. “Namun wisatawan harus rapid test, kalau belum kita suruh balik kanan untuk tidak masuk ke Kota Batu,” tegasnya kembali.

Kalau masih mau masuk ke Kota Batu, Dewanti mengatakan wisatawan bisa melakukan rapid test di rumah sakit atau puskesmas yang ada di Kota Batu. “Mereka harus test sendiri dan itu tidak ditanggung oleh Pemkot Batu,” jelasnya.

Ketika ditanya mengenai SE, Dewanti mengatakan bahwa masih dalam proses. “Sudah saya tanda tangani namun masih ada yang perlu dibenahi, hari ini jadi,” jelasnya.

Sebenarnya apa perbedaan rapid test antibodi dan antigen? Malangvoice.com mewawancarai Dokter Sepesialis Bedah, RS Karsa Husada Kota Batu, Bernandus Anggaru yang mengatakan rapid antigen memiliki keakuratan hasil sebesar 80-90 persen sedangkan rapid test antibodi hanya 50 persen saja.

“Virus Corona merupakan virus yang memproduksi antigen. Serta tubuh untuk melawan virus itu dengan membentuk antibodi,” jelasnya.

Di sini Swab PCR digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya virus secara langsung. Dengan menggunakan metode swab.

Sedangkan untuk rapid antigen dia memeriksa antigen virus secara cepat. Cara pemeriksaannya juga hampir sama dengan swab.

“Jadi antigen ini seperti imunitas virus yang dideteksi. Sedangkan untuk rapid test antibodi, diambil melalui darah. Yang merupakan respon tubuh dalam menghadapi virus,” tambahnya

Misalnya ada virus, swab pcr ini mendeteksi keberadaan virus. Virus Corona ini akan memproduksi antigen. Maka bisa juga dideteksi dengan menggunakan rapid antigen.

“Untuk rapid antigen hampir sama dengan swab pcr pemberlakuannya. Namun dalam rapid antigen menggunakan cara nasofaring dan corofaring. Tapi kalau untuk rapid antibodi. Hanya melalui darah,” imbuhnya.

Untuk hasil dari rapid antigen dan rapid antibodi hasilnya bisa diketahui setelah dua menit. Tapi kalau swab pcr tergantung alatnya. Membutuhkan 6 sampai 8 jam ini jika tidak mengantri.

Ia menjelaskan untuk menegakkan diagnosa ada tidaknya virus didalam tubuh harus menggunakan tes swab pcr. Tapi jika ingin mendeteksi secara cepat terhadap indikasi adanya virus corona dalam tubuh. Bisa menggunakan rapid tes antibodi ataupun rapid tes antigen.

“Namun untuk keakuratan dari hasilnya. Rapid tes antigen lebih tinggi keakuratannya. Dibandingkan dengan rapid antibodi. Kalau antigen keakuratannya bisa 80-90 persen. Sedangkan kalau rapid tes antibodi hanya 50-50,” paparnya.

Tetapi ketika dari kedua tes itu mendapatkan hasil reaktif ataupun positif. Maka harus dikonfirmasi dengan dilakukannya swab test pcr.

“Dari ke tiga macam jenis tes itu. Menjalang Nataru ini mengalami peningkatan permintaan. Yang mana kebetulan di rumah sakit ini bisa melakukan semuanya. Tentunya, dalam pemeriksaan ini harus sesuai dengan indikasi,” tutur dia.

Ia mengungkapkan alat-alatnya menjelang nataru ini masih bisa di katakan aman. Alat untuk rapid tes antibodi dan swab tes pcr diperkirakan masih cukup hingga 2 bulan ke depan. Sedangkan untuk alat rapid tes antibodi masih menyisakan 4000 alat. Untuk pengadaan alat itu kami juga disuport oleh provinsi.

Untuk biaya test itu beragam sesuai dengan edaran kementrian. Untuk swab pcr Rp 850, antigen Rp 250 dan antibodi Rp 150.(der)