Wabup Akui Tiga Pejabat Utama Pemkab Malang Jarang Bersama, tapi Bukan Tidak Harmonis

Wakil Bupati Malang, H Didik Gatot Subroto. (Mvoice/Toski D).

MALANGVOICE – Wakil Bupati (Wabup) Malang H Didik Gatot Subroto mengakui dirinya dengan Bupati Malang dan Sekda jarang jalan bersama karena punya tugas masing-masing.

Meski demikian Didik menolak kabar ketidakharmonisan hubungannya dengan Bupati Malang HM Sanusi dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang Wahyu Hidayat.

Bahkan dengan tegas Ketua DPC PDIP Kabupaten Malang menyebut kabar itu tidak benar atau hoaks.

Dia menyebut keharmonisan hubungan Wabup, Bupati dan Sekda Kabupaten Malang hingga saat ini masih terjaga, meski mereka terlihat jarang bersama-sama.

“Kabar itu (ketidakharmonisan) hoaks. Jika yang terlihat kami (Bupati, Wabup, dan Sekda) jarang terlihat bersama, karena kami memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing sebagai pimpinan. Tapi di beberapa titik pertemuan kami selalu bersama,” ucap Didik, saat ditemui awak media di area stadion luar Kanjuruhan, Jumat (20/5).

Meski terlihat tidak jalan bersama, lanjut Didik, dia setiap hari selalu berkomunikasi dengan Bupati Malang. Komunikasi tersebut seputar tugas keduanya menjadi nakhoda pemerintahan di Kabupaten Malang.

“Kabupaten Malang ini kan luas, ada 390 desa/Kelurahan di 33 Kecamatan. Jadi tugas kita bagi, karena sangat tidak mungkin jika kemana-mana selalu bersama terus,” jelasnya.

Didik juga menegaskan, jabatan bupati, Wabup, dan Sekda merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan untuk menjalankan roda pemerintahan Kabupaten Malang, sesuai dengan visi misi ‘Malang Makmur’.

“Kita ini satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Untuk manajemen pemerintahan ada di Sekda sebagai pemegang kepala administrasi tertinggi, dan kepala pemerintahan ada di tangan Bupati, sedangkan saya sebagai wakilnya Bupati menjalankan kebijakan-kebijakan khususnya pengawasannya,” terangnya.

Lanjut Didik, di masa jabatan terbilang cukup pendek yakni sekitar tiga tahun. Setiap hari undangan agenda pemerintahan sangat padat, ada sekitar 12 undangan yang harus dihadiri.

Supaya dapat dihadiri semuanya, maka undangan tersebut dibagi ke Bupati, Wakil Bupati, dan Sekda atau Asisten.

“Padatnya agenda itu akhirnya kami sepakati untuk dibagi tugas. Jadi seumpama 12 undangan, Bupati menghadiri lima undangan, saya lima undangan, dan mungkin yang dua Sekda atau Asisten, ujarnya.

“Nah itu yang terjadi setiap harinya, makanya kita jarang jalan bersama. Tapi sekali lagi jangan diartikan jika ini ada hubungan gak harmonis,” tegasnya.(end)