MALANGVOICE – Mahasiswa yang tergabung dalam Komite Pendidikan Universitas Brawijaya (UB), menyatakan sikap pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), dengan menggelar aksi solidaritas, sore ini.
Aksi yang akan dilakukan mahasiswa dari berbagai elemen di UB itu dipicu dari masalah sistem nominal UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang ternyata jauh lebih mahal dari semestinya.
Melalui penetapan nominal UKT, amanat surst Edaran DIKTI No 97/E/KU/2013 ialah menghapus uang pangkal/gedung dalam perumusan uang kuliah tuggal.
“Akan tetapi, UB memasukkan uang pangkal atau uang gedung ke dalam UKT. Ini yang bikin biaya pendidikan di kampus melonjak,” kata tandas Narwastu, Koordinator Lapangan Komite Pendidikan UB kepada MVoice beberapa menit lalu.
Ia menambahkan, sebaran golongan di UKT UB tidak proporsional. Dari data tahun 2014, kuota untuk golongan 1 dan 2 (golongan terendah di UKT) hanya berkisar 4% dan 12% pada jalur SNMPTN dan SBMPTN. Artinya terjadi kurva naik pada golongan untuk biaya kuliah murah tidak sebanding dengan golongan 3-6 yang rata-rata berkisar 20-30%.
“Dampaknya Penerimaan Negara Bukan Pajak melalui jasa layanan pendidikan semakin naik tiap tahun,” katanya.
Selain itu, mahasiswa secara tegas menolak bentuk PTN – BH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum) di UB karena akan mengakibatkan uang kuliah naik.
“Sementara transparasi anggaran belum dilakukan secara masif dan beberapa kajian terbuka belum diselenggarakan Rektorat. Sejauh ini kami mengirimkan surat permohonan informasi rinci alokasi anggaran UB. Setelah semua terkumpul, maka kami (Komite Pendidikan) akan mengambil sikap pasti dengan data yang komprehensif terkait penolakan,” tutupnya.