MALANGVOICE – Pertanian perkotaan atau urban farming menjadi salah satu fokus program PKK Kota Malang. Tujuannya untuk menopang ketahanan pangan. Sehingga zero stunting ditargetkan pada 2023 terwujud.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Malang Widayati Sutiaji mengatakan, memang terlihat kontradiktif dengan kondisi kekinian, di mana sektor pertanian tidak lagi dilirik sebagai penopang utama perekonomian rumah tangga. Namun Widayati meyakini hal itu bukan berarti pertanian dilupakan sama sekali. Justru hal tersebut yang menjadi pengungkit munculnya pertanian perkotaan (urban farming).
“Lahan persawahan kita memang terbatas, tapi bukan berarti program ketahanan pangan tidak bisa dihidupkan di kawasan perkampungan dan permukiman perkotaan, “ujar Widayati dalam keterangan tertulis diterima MVoice, Jumat (5/7).
“Pertanian perkotaan atau istilahnya urban farming. Konsep ini sebenarnya bagaimana memanfaatkan lahan pekarangan yang sempit di kawasan permukiman perkotaan untuk area bercocok tanam,” imbuhnya.
Ia melanjutkan, PKK Kota Malang bersama Pemerintah Kota Malang pun memiliki sejumlah program untuk mendorong dan memanfaatkan lahan yang ada semaksimal mungkin.
dalam rangka penguatan urban farming, PKK punya program yang namanya HATINYA (Halaman Asri Teratur Indah dan Nyaman) PKK. Satu program yang dijalankan anggota PKK ditingkat kelurahan ke bawah (RT/RW, biasa disebut dengan istilah kelompok Dasa Wisma), dengan memanfaatkan lahan di lingkungan masing masing untuk bercocok tanam seperti cabe, tomat, sayur mayur, dan lainnya.
“Program HATINYA PKK itu juga dikawinkan dengan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang dilakukan Pemkot Malang. Tujuannya sama yakni untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan lahan pekarangan serta menjadi sarana untuk terbangunnya ketahanan pangan,” urai istri Wali kota Malang Sutiaji ini.
Ditambahkannya, sudah 57 kelurahan yang disentuh program urban farming yang dikembangkan PKK Kota Malang.
PKK telah mampu mendistribusikan bantuan untuk kegiatan urban farming kelurahan tersebut.
“Terbanyak tanaman cabai yang dibudidayakan di setiap rumah. Dan diakui keberadaan tanaman cabai itu membantu di skala rumah tangga. Terutama ketika cabai mahal, konsumen cabai skala rumah tangga sangat terbantu ketika memiliki tanaman cabai,” ujarnya.
Secara khusus terkait pengendalian inflasi, PKK Kota Malang difasilitasi Bagian Perekonomian juga menjalin kerjasama dengan Bank Indonesia Perwakilan Malang. Salah satu bentuk kolaborasi antara BI dan PKK, diantaranya telah digelontorkan CSR BI untuk PKK Kota Malang dalam wujud dukungan sarana dan prasarana program pengembangan Urban Farming di kota Malang.
“Selain menjadi penghijauan lingkungan sekaligus menjadi tools (sarana) pengendalian inflasi di kota Malang. Karena dengan ketahanan dan kemandirian pangan, warga tidak terdampak secara ekstrim akan fluktuasi harga harga pangan,” jelasnya.
Misi besar lainnya adalah zero stunting.
Stunting Jatim memang terkategori tinggi. Sejalan dengan program Pemprov, PKK Kota Malang juga melakukan langkah -langkah penguatan untuk mampu menghilangkan stunting.
‘Salah satunya melalui perbaikan mutu dan gizi pangan, dan urban farming yang kita garap diantaranya menonjolkan tanaman tanaman organik yang itu bagus untuk pertumbuhan dan kesehatan, sehingga di 2023 kita targetkan kota Malang zero stunting,” tutupnya.
Perlu diketahui, bantuan sarana budidaya Urbanfarming untuk pengembangan yaitu tanah katel, pupuk kandang, sekam, benih tanaman dan polybag. Untuk pra sarana berupa rak dan tempat budidaya tanaman dari talang kanal. Bantuan yang diajukan oleh Tim Penggerak PKK Kota Malang akan digunakan sebagai aset kader di wilayah yang akan digunakan oleh anggota dengan cara dimanfaatkan bersama -sama untuk diusahakan bersama sebagai tempat usaha dan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya. Bantuan ini sangat dibutuhkan dan ditunggu -tunggu oleh kader wilayah dan anggota untuk peningkatan kemampuan produksi sayur sebagai sumber konsumsi pangan dan ketersediaan gizi keluarga sehingga bantuan untuk kegiatan ini akan berjalan dengan baik dan berhasil.
Urbanfarming lebih banyak melakukan budidaya tanaman yang bersifat produk volatile yaitu produk pertanian yang mempunyai nilai harga jual fluktuatif, yang artinya harga tertinggi dan terendah dari produk itu sangat tidak stabil, seperti produk sayuran daun, sayuran buat tomat dan cabe serta bawang merah. Kondisi harga produk yang tidak stabil mempengaruhi kemampuan beli masyarakat berarti mempengaruhi ketersediaan dan kecukupan bahan pangan tersebut untuk masyarakat.(Der/Aka)