Singgih Gunadi, Generasi Kelima Penjual Bunga di Alun-alun Batu

Penjual bunga lima turunan di Alun-alun Batu (fathul)

MALANGVOICE – Di antara sekian banyak pedagang di sekitar Alun-alun Kota Batu, toko bunga kecil di samping Ketan Pojok Legenda 1967, Jalan Kartini, tergolong yang tertua.

Penjual bunga saat ini merupakan generasi kelima keluarga yang turun temurun mengadu nasib di sana. Mereka menjual bunga buket dan bunga setaman untuk pemakaman.

Singgih Gunadi, menceritakan kalau semenjak bayi toko bunganya sudah ada. Ia juga tidak tahu sejak tahun berapa toko bunganya berdiri.

“Ini mama saya masih ikut jualan juga, kalau saya sudah generasi kelima,” kata Singgih kepada MVoice saat ngobrol ringan.

Tentang tokonya yang kecil hampir tidak kelihatan itu, Singgih hanya tersenyum. Katanya, rizki sudah ada yang mengatur. Lagi pula orang asli Batu akan tetap tahu ke mana mencari bunga karena toko kecilnya sudah dikenal.

“Kami menjual bunga segar, semuanya baru dipetik. Ada mawar, kenanga, krisan, pikok, dan sedap malam,” jelas Singgih.

Ditambahkan, ia selama ini menjual bunga dengan harga murah. Bunga sekar untuk ziarah misalnya, ia jual seharga Rp 10 ribu – Rp 15 ribu. Namun sebenarnya pembeli mau harga berapapun akan dilayani.

Sementara bunga rangkaian seperti mawar dan krisan, ia jual mulai harga Rp 2 ribu saja dan paling mahal Rp 5 ribu untuk satu tangkai. Kalau dirangkai maka harganya khusus meski tetap saja murah.

“Kalau dirangkai, tetap bisa beli Rp 3 ribu atau Rp 5 ribu untuk tiga tangkai mawar yang sudah dirangkai dengan mika. Kalau besar kami bisa layani sampai harga Rp 250 ribu,” imbuh Singgih.

Karena sudah berjualan turun temurun di sana, Singgih sudah memiliki pelanggan tetap. Yakni masyarakat sekitar yang hendak ke pemakaman pada hari-hari khusus, ataupun mahasiswa yang membutuhkan bunga untuk kelulusan.

“Banyak mahasiswa dari Malang kalau waktunya wisuda pesan ke sini. Jadi kami buatkan lalu mereka bawa ke Malang. Kalau ramai, perharinya bisa 200-an orang yang beli,” tutupnya.-