Serunya Ratusan Siswa Lintas Negara Belajar di Kota Batu

Pelajar berbagai negara peserta Schuler Camp 2018 di Kusuma Agrowisata Batu. ( Aziz / MVoice)
Pelajar berbagai negara peserta Schuler Camp 2018 di Kusuma Agrowisata Batu. ( Aziz / MVoice)

MALANGVOICE – Sebanyak 191 pelajar sekolah menengah dari 8 negara berkumpul di Kota Batu. Mereka mengikuti Schuler Camp 2018 yang digelar asosiasi para kepala sekolah mitra Goethe-Institut, Jerman.

Schuler Camp 2018 bertajuk MINT (Matematika, Informatika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Teknologi) untuk Kehidupan ini berlangsung sejak Senin (15/1) dan berakhir Jumat (19/1). Peserta yang didominasi pelajar tingkat SMA ini mengikuti berbagai agenda kegiatan. Mulai belajar, bermain, dan berinteraksi. Selain Indonesia, peserta ada dari Thailand, Myanmar, Filipina, Vietnam, Selandia Baru, Australia, dan India.

“Mereka adalah siswa-siswi dari sekolah yang tergabung proyek PASCH, sekolah mitra masa depan,” kata Eka Dewi Indra Wijaya, koodinator proyek sekolah mitra Goethe-Institut Jakarta, Kamis (18/1) malam, ditemui MVoice di Hotel Kusuma Agrowisata.

Kegiatan ini, lanjut Eka, diadakan untuk meningkatkan semangat dan memotivasi siswa lebih tertarik pada MINT. Selain itu pula membangun kebersamaan dan jejaring sosial antar siswa lintas negara.

“Kami ingin memperkenalkan bahwa bidang-bidang IPA atau sains ini sebenarnya bukan bidang yang sangat serius, berat, dan ditakuti. Kami ingin membawanya dalam kehidupan sehari-hari remaja,” jelasnya.

Pada hari pertama, para siswa mengikuti workshop fun with science di Universitas Brawijaya Malang. Di sana, mereka belajar fisika, biologi dan matematika dengan cara yang menyenangkan.

“Kami juga menghadirkan dua orang expert, fisika dan informatika, dari Jerman. Para siswa berkesempatan belajar sambil bermain dengan metode yang menyenangkan,” sambung dia.

Kemudian, selama dua hari, mereka melakukan observasi di sejumlah wahana wisata edukasi di Kota Batu. Diawali dari Museum Tubuh, Museum Angkut, Secret Zoo, hingga Eco Green Park. Dalam observasi itu, para peserta yang dibagi dalam sejumlah kelompok random atau acak, diberi tugas membuat laporan berbentuk video.

“Melalui kelompok dan tugas, akan terbangun kerja sama antar anggota yang berbeda negara,” tutupnya.(Der/Aka)