Sepanjang 2018, Sebanyak 223 Bencana Landa Kota Malang

Ilustrasi Banjir

MALANGVOICE – Sepanjang 2018 telah terjadi 223 bencana di Kota Malang yang berakibat rusaknya fasilitas umum, perumahan warga dan merenggut korban jiwa maupun luka-luka. BPBD Kota Malang menaksir kerugian mencapai Rp 6,6 miliar lebih.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kota Malang, Tri Oky Rudianto dalam catatan akhir tahun memaparkan rincian kejadian bencana tersebut terdiri dari banjir sebanyak (14) kejadian, angin kencang (12), tanah longsor (50), kebakaran (69), gempa bumi (3), pohon tumbang (54), dan lain-lain (21). (Selengkapnya lihat info grafis)

“Jumlah kejadian bencana sedikit ada kenaikan sekitar 16 persen. Menurut data tahun 2015 hanya seratusan yang masuk catatan kami. Kemudian 2016 lalu terdapat 108 kejadian, 2017 sebanyak 192 kejadian,“ papar Oky .

Oky juga menyebut selama Januari dan Februari 2018 merupakan bulan-bulan yang dipenuhi kejadian bencana. Tercatat 35 kejadian selama Januari dan 25 kejadian pada Februari. Kerugian akibat bencana pun tak sedikit yakni 2,5 miliar dan 1,5 miliar untuk Januari -Februari.

“Awal tahun biasanya puncak musim hujan, kejadian paling banyak tanah longsor, pohon tumbang dan kebakaran,“ sambung pria kelahiran Purworejo ini.

Oky melanjutkan, sepanjang tahun 2018 kejadian kebakaran, pohon tumbang dan tanah longsor merupakan bencana yang paling mendominasi. Pohon tumbang mengalami kenaikan 28 persen sementara itu tanah longsor turun 32 persen dibanding tahun 2017 lalu. Korban jiwa meninggal dunia terindikasi akibat longsornya TPA Supiturang dan kejadian laka air.

“Hampir sebagian besar kejadian merupakan bencana hidrometereologi atau dipengaruhi oleh cuaca,“ jelas Oky.

Longsor di Kota Malang umumnya terjadi akibat faktor curah hujan tinggi, sistem buangan air limbah dan warga mendiami wilayah yang rawan longsor sedang hingga tinggi dengan kemampuan mitigasi yang belum memadai. Untuk mencegah daerah rawan longsor berkembang menjadi permukiman maka butuh perlakuan dan implementasi penataan ruang.

“Minimal warga yang bertempat tinggal di bibir sungai waspada serta hati-hati apalagi saat hujan turun“ beber Oky.

Upaya komprehensif dalam pencegahan kebakaran juga perlu mendapat perhatian serius. Selama 2018, terjadi kebakaran sebanyak 69 kali, atau meningkat 100 persen dari tahun 2017 yang tercatat sebanyak 34 kali. Rata rata penyebab kebakaran pun beragam, namun umumnya akibat korsleting dan unsur kelalaian manusia.

Kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana mencapai Rp 6,6 miliar lebih. Kerugian material paling besar akibat bencana selama tahun 2018 dampak dari tanah longsor dan kebakaran.
Oky melanjutkan pengaruh manusia sangat dominan dalam kerusakan alam, meningkatnya kerusakan hutan, degradasi lahan, kerusakan lingkungan, DAS kritis dan lainnya telah makin memicu terjadinya bencana.

“Untuk itulah, pengurangan risiko bencana harus menjadi mainstream dalam pembangunan di semua sektor. Kami berharap bencana di 2019 bisa ditekan dengan memberikan edukasi dan pemahaman kepada seluruh warga“ pungkasnya.(Der/Aka)