Sampaikan Aspirasi Soal Pemanfataan Air, Petani Songo Pakis – Tumpang Datangi Dewan

Suasana mediasi warga dengan Anggota DPRD Kabupaten Malang. (Toski D)
Suasana mediasi warga dengan Anggota DPRD Kabupaten Malang. (Toski D)

MALANGVOICE – Ratusan masyarakat yang tergabung dalam Gabungan Petani Pemakai Air Tirto Songo Pakis-Tumpang, ramai-ramai mendatangi Kantor DPRD Kabupaten Malang.

Mereka datang untuk menanyakan masalah pemanfaatan air Sumber Pitu, Desa Duwet Krajan, Tumpang.

Mereka berasal dari 9 desa di Pakis dan Tumpang, disambut langsung oleh Ketua DPRD Kabupaten Malang, Didik Gatot Subroto, dan beberapa anggota Dewan lainnya di ruang Paripurna, Gedung DPRD Kabupaten Malang, Jalan Panji, Kepanjen, Rabu (4/3).

Koordinator Gabungan Petani Pemakai Air Tirto Songo Pakis – Tumpang, M Saiful mengatakan bahwa selama ini para petani merasa dirugikan lantaran Sumber Pitu yang dieksploitasi oleh Perumda Tirta Kanjuruhan Kabupaten Malang dan Perumda Tugu Tirta Kota Malang.

“Tujuan kami kesini untuk menyampaikan aspirasi masyarakat tani yang selama ini kekurangan air untuk pertanian. Penyebabnya ya itu, diambil PDAM,” ucapnya.

Menurut Saiful, 9 desa yang merasakan dampak kekurangan air untuk lahan pertanian itu meliputi, Desa Tumpang, Malangsuko, Jeru, Sumberpasir, Sukoanyar, Pucang Songo, Wirngin Songo, Bokor, serta Slamet.

“Itu sejak tahun 2014, proyek dari PDAM Kabupaten Malang untuk dijual ke PDAM Kota Malang. Dulu sudah sempat di mediasi tahun 2015 di dewan juga, tapi hasilnya nihil. Ini kan sumber tinggal satu, itu untuk mengaliri total 987 hektar lahan. Ya untuk padi, jagung, palawija. Sekarang gara-gara kekurangan air ini jadi hasil panennya kurang. Misalnya padi yang dulu satu tahun bisa sampai tiga kali panen, sekarang cuma sekali, itupun hasilnya tidak maksimal. Estimasinya, kalau satu hektar bisa menghasilkan 8 ton padi, satu kali panen itu bisa rugi Rp 30 juta,” tuturnya.

Dengan adanya hal tersebut, lanjut Saiful, para petani yang ada di Pakis, dan Tumpang khususnya, harus mengalami kekurangan air, bahkan warga kerapkali berselisih. Petani pun berharap, para dewan bisa menjembatani permasalahan yang dialami saat ini.

“Gara-gara itu, ada banyak warga yang berselisih karena rebutan air. Kita sekarang membawa misi yang sama karena semua membutuhkan air. Apalagi sekarang pipa PDAM besar-besar, apa ini gak mematikan petani? PDAM hanya mengambil air saja,” tegasnya.

Padahal, tambah Saiful, Pemerintah memiliki program swasembada pangan, namun oara petani merasa kekurangan air untuk mengaliri sawah mereka.

“Petani ini kan ikut mendorong swasembada pangan pemerintah. Progam pemerintah untuk pertanian tidak akan jalan kalau tidak ada air. Kita ingin jalan keluar yang baik, kita kan mengemban program pemerintah,” pungkasnya.(Der/Aka)