Salat Idulfitri di UMM, Tekankan Nilai Kemanusiaan

Jemaah salat Idulfitri 1444 H di UMM. (Istimewa)

MALANGVOICE – Jemaah Muhammadiyah melaksanakan salat Idulfitri 1444 Hijriah pada Jumat (21/4) di helipad UMM.

Pada momen Idulfitri tahun ini, Wakil Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis PP Muhammadiyah Prof Dr Ahmad Najib Burhani, dalam khutbah idulfitri di Universitas Muhammadiyah malang (UMM), menenkankan harus menginternalisasikan nilai-nilai kemanusiaan global.

Najib menjelaskan, Ramadan adalah tempat untuk menggodok kualitas sebagai mulsim. Pun dengan mengaplikasikan nilai-nilai yang sudah didapat di dalamnya. Termasuk nilai kemanusiaan global.

Nilai yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang sama di hadapan Allah SWT tanpa memandang ras, gender, golongan dan lainnya.

Baca Juga: Polresta Malang Kota Salurkan 1 Ton Lebih Zakat Fitrah

De Duwa Kota Batu Berikan Diskon hingga 10 Persen di Momen Lebaran

Ia mengatakan Nabi juga pernah bersabda untuk memberikan kasih sayang kepada orang-orang di bumi, niscaya Allah akan memberkan rahmat pula kepada mereka.

“Saat ini dunia menghadapi berbagai masalah terkait hak asasi manusia (HAM), konflik, kemiskinan, diskriminasi dan lainnya. Maka, umat manusia dan muslim harus memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan,” tegasnya.

ia juga sempat menjelaskan mengenai kabar beberapa lapangan yang tidak diizinkan untuk salat di dalamnya, seperti di Pekalongan dan Sukabumi. Kemudian baru diberi izin ketika banyak yang membahas. Pun dengan hambatan pembangunan masjid yang berlokasi di aceh pada 2022 lalu. Menurunya, ada banyak hal yang bisa dipelajari atas peristiwa di atas.

Salah satunya, warga Muhammadiyah bisa merasakan bagaimana menjadi minoritas. Bisa mengalami bagaimana kebebasan terhalangi dan bagaimana rasanya terdiskriminasi.

“Pada kenyataannya, ada kelompok dan agama lain yang mungkin merasakan apa yang kita alami. Bahkan malah lebih parah. Ada yang tempat ibadanya disegel, ada yang tidak bisa mengurbukan jenazah di pemakaman umum, ada yang terusir karena beda keyakinan, ada yang terisolasi dan lainnya. Hal itu juga berdampak pada akses pendidikan dan kariri yang terhalangi,” katanya.

beruntung bagi Muhammadiyah yang menjadj mayoritas. Muhammadiyah mampu. Berarguman dan beradvokasi ketika ada hal yang tidak menyenangkan attau kebijakan yang kurang sesuai. Muhammadiyah bisa bersuara, bekerja sama dengan wartawan untuk menyampaikan argumennya. Sayangnya, kemampuan dan keleluasaan itu tidak bisa dilakukan oleh kelompok minoritas.

Maka, pengembangan nilai kemanusiaan harus terus digalakkan. Alasan pertama yakni karena itu adalah perintah Allah dan juga tuntunan Nabi Muhammad SAW sehingga harus dilakukan. Kedua, karena dalam berbagai Muktamarnya, Muhammadiyah mengeluarkan rekomendasi terkait kemanusiaan, kebangsaan, dan keummatan. Hal itu dilakukan untuk menciptakan kehidupan yang damai.

“Terkhir, yakni melihat kenyataan bahwa pembatasan hak-hak dan diskrimnasi bisa dirasakan oleh siapa saja. Muslim juga menjadi minoritas di berbagai beahan negara. Sementara di Indonesia menjadi mayoritas. Maka kita seharusnya bisa menjadi contoh bagi negara lain untuk menyayangi mereka yang minoritas,” pungkasnya.

Sementara itu, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. berharap apa yang sudak dilakukan selama bulan Ramadan bisa membawa para muslim mnejadi manusia yang lebih baik. Manusia yang memanusiakan manusia sertamenjadi golongan yang muttaqin.

“Semoga kita mampu menjaga kualitas ibadah dan sikap kita yang sudah dibangun di bulan Ramadan. Antusiasme salat idul fitri kali ini juga luar biasa. Semogga juga dibarengi dengan kebaikan-kebaikan di masa depan,” pungkasnya mengakhiri.(der)