Program PNM Mekaarpreneur Bantu UMKM di Jatim Naik Kelas

MALANGVOICE – Tiga pelaku UMKM asal Jawa Timur berhasil meraih penghargaan sebagai UMKM inovatif terbaik dalam ajang Mekaarpreneur yang digelar PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Puncak acara berlangsung di Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Asia Malang, Jumat (7/11).

Program yang merupakan bagian dari Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) ini diikuti 60 nasabah ultra mikro. Dari jumlah itu, diseleksi menjadi 15 peserta inkubasi bisnis, hingga akhirnya terpilih tiga terbaik.

Pameran Perumahan Perkenalkan Bisnis Hunian Aman dan Legal

Kepala Divisi Pengembangan Kapasitas Usaha PNM, Octo Wibisono, mengatakan program Mekaarpreneur ini merupakan bentuk pendampingan agar pelaku usaha bisa naik kelas. Tahun ini, PNM menggandeng ITB Asia Malang sebagai mitra pendamping selama tiga bulan.

“Ini gelaran tahun ketiga. Sebelumnya diadakan di Jateng dan Jabar, sekarang di Jatim,” kata Octo.

Proses penjurian dilakukan bersama tim ITB Asia Malang. Para peserta diminta mempresentasikan inovasi produk, rencana bisnis, dan strategi pemasaran. Dari hasil penilaian, dipilih tiga terbaik yang sekaligus berhak atas hadiah pembinaan dari PNM.

Adapun tiga pemenang tersebut yakni Imroatus Sofia, pemilik Jejeku Store asal Bangkalan, dengan produk kerupuk udang sangrai yang menjadi juara pertama. Juara dua diraih Aulia Rahmawati, pemilik Purnomo Jali Bag yang mengolah limbah plastik menjadi tas ramah lingkungan. Sedangkan juara tiga adalah Leli Irmawati, pemilik Nagi (Nastar Semanggi) asal Surabaya.

Octo menambahkan, program ini tidak hanya soal penghargaan, tapi juga bekal agar UMKM lebih siap bersaing di pasar digital.

“Target kami memberi mereka tool untuk berkembang, terutama agar bisa jualan online. Harapannya ke depan usaha mereka bisa lebih bagus lagi,” tegasnya.

Sementara itu, Imroatus Sofia mengaku bangga usahanya bisa meraih juara pertama. Berawal dari modal Rp2 juta, kini ia mampu menjual hingga 250 toples kerupuk udang sangrai per bulan.

“Kerupuk ini digoreng pakai pasir pantai, jadi rendah kolesterol. Penjualan masih di Bangkalan dan Surabaya, tapi sudah mulai online juga,” katanya.

Di sisi lain, Aulia Rahmawati menyebut usahanya dianggap inovatif karena memanfaatkan limbah plastik di sekitar rumah. “Kami fokus di pasar lokal dulu, tapi sudah menjajaki kerja sama dengan Polandia,” ungkapnya.

Sedangkan Leli Irmawati mengatakan produk Nastar Semanggi lahir dari ide memanfaatkan daun semanggi yang melimpah di Benowo, Surabaya. “Kami ingin daun semanggi tidak hanya dikenal sebagai bahan pecel, tapi juga bisa jadi oleh-oleh khas,” ujarnya.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait