Potensi Bencana Mengancam, Sinergitas Perlu Digencarkan

Peringatan Hari Kesiapsiaagaan Bencana

Simulasi penanganan kegawatdaruratan. (Bagian Humas Pemkot Malang)
Simulasi penanganan kegawatdaruratan. (Bagian Humas Pemkot Malang)

MALANGVOICE – Indonesia merupakan salah satu negara berisiko tinggi terhadap bencana alam. Penilaian itu disampaikan Plt Wakapolres Malang Kota, Kompol Abdul Kholik, Rabu (26/4) di sela apel peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional di Balai Kota Malang.

Kondisi geografis Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, berakibat pada ancaman bencana gempa bumi, tsunami, hinggagerakan tanah. Di samping itu, kurang lebih 5.590 daerah aliran sungai (DAS) yang terdapat di Indonesia yang berisiko terkena bencana banjir.

“Berbagai bencana itu dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa bisa diprediksi, maka untuk mengurangi resiko bencana, saat ini yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kesadaran dan membangun kewaspadaan terutama di titik-titik potensi bencana utamanya wilayah yang dilalui aliran sungai, mengingat saat ini kita memasuki perubahan cuaca ekstrem yang terjadi secara global,” kata Kompol Abdul Cholik

Berdasarkan hasil kajian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) jumlah jiwa korban bencana kategori sedang hingga tinggi tersebar di 34 provinsi mencapai 71.740 jiwa.

Bahkan, sepanjang tahun 2016, sudah terdapat 2.342 kejadian bencana dimana 92 persen bencana didominasi banjir, longsor, serta puting beliung.

“Begitu pula dengan Kota Malang, berdasarkan indeks risiko bencana Indonesia tahun 2013, diketahui terdapat 6 jenis potensi bencana alam yang dapat menimpa dengan kelas risiko sedang dan tinggi. Jenis bencana alam tersebut antara lain, banjir, pohon tumbang, tanah longsor, dan lainnya,” ungkapnya.

Selain itu bencana non alam seperti kebakaran permukiman gedung, epidemi penyakit dan konflik sosial juga berpotensi terjadi di Kota Malang.

“Karena itu pekerjaan ini bukan pekerjaan sederhana dan bukan pekerjaan yang mudah, karena melibatkan aspek sosial budaya, dan teknis secara simultan,” tuturnya.

Kompol Abdul Kholik dalam kesempatan itu juga mengajak seluruh unsur baik dari pemerintahan, masyarakat maupun dunia usaha, untuk melakukan koordinasi, komunikasi dan sinergitas dalam menyusun perencanaan yang komprehensif dan terpadu guna merencanakan langkah-langkah atau upaya tanggap darurat bencana.

“Selain itu, perlu juga meningkatkan partisipasi, dan membangun budaya gotong royong, kerelawanan serta kedermawanan dari para pemangku kepentingan baik ditingkat pusat maupun daerah, mengkaji kemampuan penunjang system peringatan dini, evakuasi, serta penunjang tanggap darurat, sekaligus mengetahui tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana,” ungkapnya.